JAKARTA — Harga pangan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini lebih stabil ketimbang tahun lalu. Selain itu, tidak terjadi kalangkaan bahan pangan karena stok aman.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, sebelum Lebaran memang sempat terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas. Antara lain, cabai, bawang merah, bawang putih, telur, beras, dan daging.
Namun, setelah kenaikan itu, pemerintah segera menggelar pasar murah sehingga harga bisa ditekan lagi. Khusus beras, pemerintah telah melakukan antisipasi dengan menjaga ketersediaannya di pasar sejak sebelum Ramadan.
”Telur tidak jauh beda naiknya, sama dengan cabai dan bawang. Jadi, tahun ini, saat masyarakat Lebaran, harga tidak mengganggu lagi,” ujar Darmin baru-baru ini.
Darmin menambahkan, pemerintah masih terus mengendalikan harga beras, terutama beras medium agar bisa mencapai harga Rp 9.000 per kilogram (kg). ”Kami ingin harga beras medium sesuai HET (harga eceran tertinggi, Red) Rp 9.000. Mungkin sekarang Rp 10.000. Tapi, Januari lalu pernah Rp 12.000,” sambung dia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menambahkan, kondisi ekonomi dalam negeri sedang berada pada posisi baik. Salah satu indikatornya adalah inflasi yang terkendali. ”Inflasi kita sangat rendah. Permasalahan yang kita hadapi saat ini dari eksternal. Indikator dari dalam negeri hampir semuanya bagus,” sahutnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menampilkan, inflasi pada Mei 2018 sebesar 0,21 persen. Jika dibandingkan dengan Mei 2017 yang 0,39 persen, tentu inflasi kali ini lebih rendah. Saat itu Indonesia juga menyambut Lebaran yang jatuh pada Juni 2017. Jika rilis inflasi pada Juni ini juga terkendali, Perry berharap inflasi akhir tahun juga membaik.
Sebab, perayaan Ramadan dan Lebaran pada tengah tahun bisa menjadi indikator untuk memprediksi kondisi ekonomi akhir tahun. Namun, Perry mengingatkan bahwa inflasi yang rendah tak lantas mencerminkan daya beli yang memburuk. Menurut dia, hal itu didorong pasokan yang cukup. ”Saya tekankan, ini bukan karena daya beli melemah,” tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, memang saat ini tidak ada kenaikan drastis untuk harga pangan. Namun, pengusaha bisa saja menaikkan harga jual barang jika rupiah kembali terguncang. Hariyadi menyarankan pemerintah memperhatikan risiko kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang terjadi beberapa hari lalu. Sebab, jika kemudian BI merespons dengan menaikkan lagi suku bunga acuan, suku bunga kredit yang ditanggung pengusaha akan naik. ”Nah, itu nanti yang akan membuat pengusaha pikir-pikir apakah perlu menaikkan harga jual,” tandasnya.