Bernostalgia di Sisa-Sisa Kejayaan Sinetron Legendaris ”Si Doel Anak Sekolahan”

Tak lupa, pohon nangka, tempat adegan Atun memanjat dan jatuh, juga masih tegap berdiri di halaman belakang. Ditemani rimbunnya pohon pisang di sekitarnya.

Yang juga tidak luntur adalah pesona rumah tersebut. Bahkan, saat Si Doel direncanakan untuk reborn beberapa tahun lalu, rumah Maya sempat dilirik untuk kembali dijadikan lokasi syuting. Rano Karno dan beberapa orang lain beberapa kali menyampaikan permintaan tersebut.

Namun, keluarga Maya pada akhirnya menolak permintaan itu. ”Banyak yang datang ke sini, termasuk Bang Rano. Tapi, suami saya menolak,” kata dia.

Dia beralasan, selain sudah berbeda, keluarganya tidak ingin direpotkan lagi dengan tetek bengek proses syuting. Sebab, jika rumah itu digunakan untuk syuting, keluarganya harus pindah dan mencari tempat tinggal baru untuk sementara. Seperti yang dilakukan dua dasawarsa lalu. ”Kan repot juga pindah-pindahnya,” kata perempuan yang berusia 35 tahun tersebut.

Hingga saat ini rumah itu juga menjadi salah satu lokasi selfie atau swafoto favorit. Hampir tiap hari ada saja yang mampir untuk jeprat-jepret.

Yang membuat Maya heran, para pemburu foto itu tidak hanya datang dari sekitar Jakarta. Banyak juga orang dari luar Jawa yang kebetulan singgah ke ibu kota dan menyempatkan diri untuk berfoto di rumahnya.

”Pernah pas hujan-hujan, orang dari Medan datang, minta izin foto,” tutur dia dengan nada heran.

Sebetulnya, Maya mengaku risi karena setiap saat rumahnya menjadi lokasi foto banyak orang. Namun, dia berusaha untuk memahaminya. Yang terpenting tidak merugikan keluarganya.

Kamis lalu Jawa Pos juga bertemu dengan para pemburu swafoto tersebut. ”Kebetulan sedang istirahat kerja, iseng aja mampir buat foto,” ujar Indah, salah seorang di antara mereka, dengan malu-malu.

Bagi Indah, sinetron Si Doel sangat berkesan. Salah satu yang terbaik yang pernah ditonton. ”Filmnya lucu dan inspiratif,” tuturnya. (*/c11/ttg/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan