“Kita pantau percepatannya di lapangan mengingat ke depan dua proyek ini akan sangat bermanfaat bagi Jawa Barat,” kata Gubernur.
Kolam retensi senilai Rp 96 Miliar saat ini menunjukan kemajuan fisik cukup signifikan. Dari laporan pelaksana proyek sampai Mei 2018 realisasi fisik sudah mencapai 60 persen dari target 56 persen.
Pekerjaan kolam yang rencananya akan menjadi pengendali banjir di kawasan tersebut sekaligus penampangan Mesjid Raya Al Jabbar tersebut saat ini menurut Aher tengah dikebut lewat penambahan jam kerja.
“Pengerjaannya dilakukan dari berbagai sisi, Alhamdulillah cuaca saat ini sangat mendukung,” paparnya.
Namun masih ada sekitar 11 bidang lahan dengan luas kurang lebih 4 hektar di lokasi proyek yang saat ini belum dibebaskan. Ia mengaku pihaknya sudah menyiapkan anggaran sementara pihak Kecamatan Gedebage dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) menuntaskan administrasi pembebasan lahan.
“Targetnya urusan lahan ini bisa selesai bulan ini juga. Tugas kami mendorong pihak BPN dengan data-data pendukung salah satunya salinan surat tembusan permohonan penetapan lokasi kolam retensi Gedebage,” jelasnya.
Dengan kondisi positif ini Aher memastikan proyek yang akan menampung 210.000 meter kubik air ini bisa dituntaskan sesuai jadwal yakni Desember 2018.
“Ada sedikit kendala di lahan tapi kita pasti akan terselesaikan, dananya ada di Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang,” ujarnya.
Di tempat yang sama Kadis Bina Marga dan Penataan Ruang Jabar M Guntoro mengatakan proyek yang ditangani pihaknya bekerjasama dengan BBWS Citarum menunjukan perkembangan positif dan diharapkan tuntas akhir tahun. “Mudah-mudahan akhir Desember, kolam dan mesjid tuntas bersama-sama,” katanya.
Pada 2018 ini pihaknya sudah menganggarkan Rp100 miliar untuk pembebasan lahan. Namun karena masih ada kebutuhan sisa lahan di proyek kolam retensi dan mesjid terapung maka pihaknya akan menganggarkan di APBD Perubahan 2018.
“Anggaran untuk lahan kurangnya sekitar Rp 33 miliar, nanti akan dianggarkan di perubahan,” ujarnya. (yan/ign)