LONDON – Manchester United konsisten menjadi klub yang paling minim kebobolannya di Premier League dalam tiga musim terakhir. Atau, rata-rata di bawah 35 gol per musim. Termasuk musim ini yang kemasukan 28 gol dalam 37 laga. Tapi, bukan berarti United punya defense terbaik.
Sebab, United cuma bisa bersembunyi di balik sosok David de Gea. Ya De Gea pada tiga musim terakhir selalu mampu melakukan clean sheet lebih dari 14 kali. Dan, clean sheet ke-18-nya musim ini dia catatkan di London Stadium, London, ketika menahan West Ham 0-0 kemarin.
DdG, inisial namanya, hanya menghadapi dua kali shots on goal dari Mark Noble dkk. Kiper nomor satu timnas Spanyol itu pun hanya melakukan dua kali saves. Meski begitu, De Gea bisa menyudahi penantiannya akan award Golden Glove Premier League. Award paling bergengsi bagi kiper Premier League itu, bakal jadi miliknya musim ini.
Award itu didapat dari 18 clean sheet-nya, unggul dua clean sheet dari kiper Manchester City Ederson Moraes. Bagi De Gea, ini adalah award perdananya setelah mengoleksi 117 clean sheet sejak 2011 dia datang di Carrington. ”Ini sinyal kalau kami mampu bertahan dengan bagus di Premier League, bagus untuk saya, bagus pula bagi tim,” ucap De Gea, kepada MUTV.
Faktanya, jika melihat defense United-nya Jose Mourinho musim ini, lawan lebih mudah menembus barikade pertahanan dan membidik gawang De Gea tepat sasaran. Melihat dari komparasi jumlah shots on target yang dihadapi klub top three Premier League, pemain lawan lebih mudah berhadapan langsung dengan De Gea.
Bandingkan ketika Ederson berdiri di bawah mistar. Defense GBP 354,3 juta (Rp 6,7 triliun) City sukses membuat lawan susah menembak tepat sasaran. Dari 220 shots yang dihadapi, 64 persen di antaranya tak mengarah ke gawang Ederson. Begitu pula jika dibandingkan dengan Tottenham Hotspur bersama Hugo Lloris.
Spurs yang dua musim sebelumnya jadi klub dengan defense terkokoh, juga masih sukses mempertahankan statusnya musim ini. Dari 318 tembakan lawan, cuma 110 kali (34,5 persen) mampu lepas dari marking Jan Vertonghen-Davinson Sanchez. Beda dengan kolaborasi Chris Smalling, Phil Jones, Eric Bailly dan Victor Lindeloef yang kerap error dalam me-marking lawan.