Sementara itu, Direktur Operasional JIPO Suhendrik mengatakan, Biro Organisasi dan JIPO sudah bekerja sejak akhir Februari lalu untuk menentukan personel tim juri. Mereka yang ditunjuk sebagai penilai berasal dari kalangan profesional dan akademisi. Pria yang akrab disapa Hendrik ini menegaskan, tim juri sangat hati-hati dan netral dalam menilai serta menyaring proposal.

“Masing-masing juri dibagi tugas menilai proposal. Setiap menilai, juri memberi catatan perbaikan kepada inovator,” jelas Hendrik.

Proposal yang sudah dinilai, kata dia, dikembalikan kepada para inovator di perangkat daerah yang mengirimkan. Kemudian, mereka diminta untuk memperbaiki kembali proposalnya. Sesuai dengan catatan perbaikan yang diberikan tim penilai. Proposal tersebut lalu dikembalikan lagi kepada panitia.

“Direvisi kembali oleh mereka. Agar mereka tahu di mana letak kekurangan penyajian proposalnya,” tuturnya.

Hendrik menjelaskan, kemasan dan penulisan proposal sangatlah penting. Mengingat, sinovik yang dibuat perangkat daerah dituangkan dalam bentuk tulisan, grafik, gambar, dan data pendukung lainnya. Sehingga, sajian itu harus dapat dimengerti oleh tim juri. “Bisa jadi sinovik yang digagas sudah sangat bagus. Tapi karena penyajian proposalnya tidak sistematis, maka bisa jadi juga tidak menang. Padahal sinovik-nya bagus sekali. Kan sayang kalau sampai begitu,” ujarnya.

Kompetisi ini sebagai ajang latihan dalam menghadapi lomba inovasi pelayanan publik (sinovik) yang akan digelar Kementerian PAN-RB. Kendati demikian, Biro Organisasi dan JIPO tidak asal menggelar lomba kopablik. Rancangan lomba ini sudah disusun sedemikian rupa, mengacu pada sejumlah aturan yang dikeluarkan Kemen PAN-RB.

“Ada petunjuk pelaksanaannya. Ada dasar acuannya. Diharapkan, para peserta dapat terbiasa dalam menghadapi lomba sinovik ini, yang digelar setiap tahun,” katanya. (and)

10 JUARA DILINGKUP PEMPROV JABAR