Nurul Arifin Meniti Karir Aktris Hingga Popular di Politik

Nurul Arifin, sosok yang tak asing bagi para pecinta layar lebar. Naga Bonar salahsatu film yang dia lakoni bersama Deddy Mizwar saat itu. Bagaimana pandangan peraih citra era 90-an terhadap Kartini era milenial berikut pandangannya.

Wajah Nurul Arifin terutama dalam bentuk alat peraga kampanye kerap dijumpai hampir di penjuru Kota Bandung. Dirinya bahkan seolah menjadi magnet khusus dalam pemilihan Wali Kota Bandung. Sebab, dia menjadi satu-satunya perempuan yang berjuang berani melawan petahana.

Secara pengalaman dan medan, petahana yakni Oded M. Danial (Wakil Wali Kota Bandung) serta Yossi Irianto (Sekda Kota Bandung) pasti lebih diunggulkan. Tapi, hal itu tidak lantas menyurutkan niatnya untuk maju bersama Chairul Yaqin Hidayat atau biasa disapa Ruli.

Nurul mengaku, tidak bercita-cita untuk menjadi wali kota. Keinginan untuk jadi wali kota itu sendiri muncul seiring perjalanan waktu dan jam terbang di Partai Golkar.

Ibu dua anak ini mengaku, dari dulu sudah terbiasa bekerja. Dari mulai menjajaki karir sebagai artis era 80an hingga akhirnya berkecimpung di dunia politik, tak lepas dari rutinitas dirinya yang terbiasa bekerja.

Seiring berjalannya waktu, keinginan untuk mengabdi kepada masyarakat itu kemudian muncul dalam Pilkada. Orientasinya mendedikasikan diri dan membangun bersama warga Kota Bandung.

”Jika di Surabaya ada sosok Tri Rismaharini, kenapa di Bandung juga tidak ada. Sosok ibu Tri itu menjadi trigger dan contoh keterwakilan perempuan yang diberi kesempatan memimpin,” papar Nurul kepada Jabar Ekspres di Nuruli Media Center, Jalan Tamblong, Kota Bandung, baru-baru ini.

Nurul mengaku, menyadari risiko yang membayangi ketika memutuskan diri menjadi wali kota. Terlebih, sebelumnya dia juga sudah menyerahkan diri untuk kemajuan partai Golkar. ”Sekarang saya ingin mengamanahkan diri saya untuk Kota Bandung. Dan saya sadar dengan beragam konsekuensi nanti,” ungkapnya.

Perempuan kelahiran Kota Bandung, lansiran 51 tahun silam ini sadar betul, ke depan kebijakan dan langkahnya tidak selamanya aman. Risiko dan godaan penyalahgunaan wewenang itu akan selalu muncul kepada siapa saja. Termasuk dirinya sendiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan