Marbot Rekayasa Penganiayaan

BANDUNG – Hebohnya berita penganiayaan kepada ulama nyatanya mengubah cara pandang seseorang. Termasuk YR, 56, pria yang diketahui marbot (pengurus masjid) tersebut merekayasa penganiayaan dirinya sendiri dengan motif ekonomi.

Kepala Polda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto didampingi Direktur Reserse Kriminal Umum Kombes Pol Umar Surya Fana dan Direktur Reserse Kriminal Khusus Kombes Pol Samudi mengatakan, viralnya pemberitaan YR di media sosial sepenuhnya hoax. Malah, bagian dari rekayasa pelaku yang tak lain marbot tersebut, yakni YR.

”YR mengaku, dirinya mengalami penganiayaan oleh orang tak dikenal oleh kelima orang dengan mengikat tangan dan kaki, serta menyumpal mulut di Masjid Agung Istiqomah, Jalan Raya Cigodeg, Pamengpeuk, Garut, Rabu (28/2) lalu,” kata Agung saat gelar perkara di Mapolda Jabar, kemarin (1/3).

Kepada petugas, YR pun mengatakan, setelah dirinya diikat, lalu dipukul dengan sebuah kursi ke arah kepala lalu dibacok dengan menggunakan golok di bagian punggung dan kepala. Termasuk di dada. Namun, setelah hasil pra rekonstruksi oleh polisi, tidak ditemukan bekas luka sayatan, bacokan, atau tusukan senjata tajam.

”Kita menerima laporan, ada seseorang yang bajunya robek, dan mengaku baru dianiaya oleh orang tak dikenal. Tapi, peristiwa tersebut rekayasa yang bersangkutan, tidak benar,” ungkapnya.

Agung pun menjelaskan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan penyidik, keterangan pelaku kerap berubah-ubah, bahkan tidak sesuai dengan barang bukti yang ada. ”Bekas sobekan di pakaian, kaus, serta peci pelaku tidak sesuai dengan luka-luka yang diderita korban. Berdasarkan hasil visum, tidak ditemukan bekas luka pukulan atau bacokan,” jelasnya.

Akibat perbuatannya, tegas Agung, saat ini, YR telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pelaporan palsu. Dirinya dijerat dengan Pasal 242 Ayat (1) dan (3) KUHP tentang Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu. Dia terancam hukuman hingga tujuh tahun penjara.

Sementara itu, YR mengakui, kejadian itu rekayasa dirinya sendiri. Penyebabnya, kebutuhan ekonomi keluarga yang mendesak. ”Ini murni pebuatan sendiri tanpa bantuan siapapun, karena anak saya dan istri membutuhkan uang segera. Saya berharap ada sumbangan,” pungkasnya. (yul/rie)

Tinggalkan Balasan