Netty Bangun Saung Perceka

BANDUNG – Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan tidak hanya menjemput dan memberi advokasi serta pendampingan para korban tindak kekerasan maupun perdagangan perempuan.

Menurutnya, P2TP2A memiliki tugas untuk memberikan peluang pada para korban tindak kekerasan maupun perdagangan orang agar mampu bangkit kembali dan membangun kehidupan yang lebih baik.

”Inilah yang kemudian menjadi pemikiran saya pada waktu itu membuat saung Perceka (Perempuan Cekatan dan Berkarya),” kata Netty di Bandung (9/2).

Dipaparkan Netty, setiap korban tindak kekerasan maupun perdagangan orang yang bergabung dengan saung Perceka. Nantinya akan diberi pelatihan sesuai dengan kemampuan yang diminati dan menjadi karakter para korban tersebut.

Menurutnya, seski banyak tenaga ahli dan anggaran yang diperlukan dalam melakukan pelatihan, dirinya menilai tidak mungkin jika terus mengandalkan program pemerintah karena terbagi untuk semua lini atau bidang.

”Mungkin ada yang senang memasak, senang menjahit, senang melakukan perawatan wajah yang kemudian bisa membuka salon dan sebagainya kita lakukan,” kata dia.

Netty menuturkan, jika kegiatan tersebut tetap dilakukan, maka penyandang kesejahteraan sosial baik dari kelompok korban kekerasan maupun peedagangan orang, ke depannya pasti memiliki harapan dan tidak akan terjebak kembali pada kasus yang sama. ”Mereka sekarang punya sebuah peluang untuk bekerja secara halal, secara aman, tidak melanggar undang-undang, tidak melanggar peraturan,” kata dia.

Maka dari itu, Netty mengharapkan komunitas saung Perceka bisa berkembang semakin luas agar mampu menjangkau semua masyarakat yang menjadi korban kekerasan maupun perdagangan orang. Dia meminta para pengusaha yang jadi anggota saung Perceka agar bisa memberikan tempat bagi para korban.

”Di sini ada anggota PHRI dan sebagainya yang saya pikir bisa membantu para korban belajar, magang dan bahkan mungkin kalau terampil dipekerjakan di perusahaan atau tempat yang dimiliki komunitas saung Perceka,” kata dia.

Dituturkan Netty, jumlah korban yang berhasil atau sukses setelah keluar dari shelter P2TP2A memang masih sedikit dan belum sebanyak dengan kasus yang ditangani. Menurutnya, yang menjadi hambatan adalah mentalitas para korban karena mereka terbiasa mendapatkan uang secara instan.

Tinggalkan Balasan