Pertahankan Tradisi Hanya Makan Rasi

’’Nah, falsafah itu kini dijadikan ketentuan aturan bagi masyarakat Adat,’’ujar dia.

Wangsit tersebut diterima leluhur adat pada tahun 1918. tidak lama dari itu, terjadi kekeringan panjang sampai terjadi gagal panen. Para tokoh adat kala itu memerintahkan agar masyarakat menanam singkong untuk menganti padi.

Hingga akhirnya pada 1924 dipelopori oleh salah satu sesepuh lainnya yaitu Nyi Omah Osamah salah satu sesepuh Kampung Cireundeu menjadikan Rasi sebagai makanan pokok warga kampung ampai sekarang.

Hampir dua jam berkeliling melihat perkebunan singkong seluas 25 Hektar. Sampailah pada sebuah rumah sederhana tempat pembuatan Rasi. Beberapa perempuan paruh baya dengan ditemani anak perempuan berusia remaja terlihat semangat mengupas singkong, mencuci dan merendam.

Salah satu warga kampung Icah, 62, tampak masih memiliki tenaga ketika mengelola singkong. Sebetulnya membuat Rasi itu mudah. Hanya saja membutuhkan tenaga ekstra untuk membuatnya.

’’Singkong direndam dulu sehari semalam untuk menghilangkan racun setalah itu di parut dan diperas kemudian dijemur sampai kering,’’ujar Icah.

Melihat kebersamaan warga kampung membuat Rasi, maka kebiasaan bergotong royong dari dulu sampai sekarang masih tetap bertahan. Bahkan, mulai dari menanam, panen hingga mengolah dilakukan bersamaan.

Adat kebiasaan mengkonsumsi Rasi bukanlah sebatas makanan pokok atau penghilang lapar. Tetapi, keteguhan memegang budaya para leluhur. Sehingga, sampai sekarang tidak pernah terpengaruh dengan mahalnya harga beras.

Kampung Cirendeu ternyata menyimpan kesederhanaan, ketercukupan dalam hidup. Dibalik itu, warga kampung menyimpan rasa ketulusan dan keikhlasan akan takdir yang ditetapkan sesuai dengan Filosofi Adat Kampung Cireundeu. (yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan