Refleksi Menyambut Tahun Baru 2018

Pemerintah mesti fokus pada infrastruktur padat karya sehingga alokasi APBN yang begitu besar terhadap infrastruktur bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Begitu juga dengan proyek pembangkit listrik 35 ribu MW. Tidak masuk akal bila terus dilanjutkan karena asumsi awalnya menggunakan pertumbuhan ekonomi di angka 7% sementara faktanya dalam jangka waktu dekat pertumbuhan angka 7% sulit untuk diwujudkan. Selain itu, produksi listrik sudah over supply mencapai 5-8 giga watt dan itu memberatkan PLN. Proyek mubazir seperti ini mau tidak mau harus dikaji ulang.

Hal mungkin yang perlu menjadi perhatian di tahun 2018 adalah pertumbuhan ekonomi digital. Di luar negeri, sektor ini menjadi penawar kelesuan ekonomi global, sekaligus menjadi magnet baru pengerek investasi. Gelita ekonomi digital, menjadi penawar terhadap kecemasan harga komoditas yang sedang labil.

Pada tahun 2015, orang berbelanja online baru 7,4 juta jiwa dengan nilai transaksi Rp 48 Triliun. Tahun lalu angka ini naik menjadi 11 juta dengan total transaksi 68 Triliun. Tahun ini, ditaksir total transaksi mencapai 95,48 triliun. Sementara trend investasi ekonomi digital sampai kuratal I 2017 mencapai 40 Triliun, peringkat ketiga setelah minyak dan tambang.

Padahal menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pada tahun 2016 jumlah pengguna internet di Indonesia ada 132,7 juta orang atau 52% masyarakat Indonesia, dimana 98,6% nya sudah tahu internet bisa dipakai untuk jual beli barang dan jasa dan 63,5% sudah melakukan transaksi online. Angka ini tentunya pasti akan bertambah pesat terlebih ketika proyek Palapa Ring akan selesai di tahun 2019 nanti. ***

Oleh : Ahmad Najib Qodratullah, SE (Anggota DPR RI Komisi XI Fraksi PAN)

Tinggalkan Balasan