Para pengantre e-KTP di Cirebon butuh ”perwakilan” karena harus datang sejak dini hari dan antrean demikian panjang. Ada yang sudah datang beberapa jam sebelum subuh.
SAMSUL HUDA-ANDRI WIGUNA, Cirebon
DI depan kantor itu, ”mereka” mengantre dengan rapi. Tak saling serobot. Tapi, juga tak saling bicara.
Hari belum pagi betul. Di sekitar Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Kabupaten Cirebon bahkan masih tampak gelap. Tapi, mereka yang mengantre itu juga tak terlihat mengantuk.
Maklum, yang berbaris dalam diam itu bukan orang. Juga bukan orang-orangan. Melainkan ”perwakilannya”: helm, sandal, botol air mineral, bahkan batu.
”(Memakai perwakilan benda) ini memang kesepakatan di antara kami. Biar nggak lelah ngantre,” kata Anto, salah seorang warga yang diwakili botol air mineral dalam antrean, kepada Radar Cirebon (Jabar Ekspres Group).
Inovasi tersebut harus dilakukan karena antrean pencetakan e-KTP Rabu (20/12) itu demikian panjang. Kalau tak diwakilkan barang, bisa-bisa ambulans harus datang. Karena banyak yang pingsan.
Barangnya bisa macam-macam, terserah yang mengantre. Tapi, mayoritas adalah helm. Maklum, kebanyakan para pengantre datang dengan menggunakan motor.
Anto yang datang sebelum subuh saja dapat nomor antrean 19. Sebagian bahkan mengaku sudah datang ke kantor di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, tersebut pukul 02.00. Jadi, saat para pegawai kantor tersebut masih lelap di balik selimut, para pengantre sudah harus berteman dengan nyamuk dan hawa dingin.
Mahmud termasuk yang datang paling awal. Sebab, rumahnya jauh, di Losari, perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. ”Saya datang pukul 03.00. Kalau sampai telat, saya bisa nggak dapat nomor (antrean, Red),” kata pria 31 tahun itu kepada Radar Cirebon.
Ketika memasuki pukul 06.00, ada pergantian sif. Helm, sandal, botol dkk minggir, diganti barisan orang. Sebab, di sekitaran jam tersebut, nomor antrean dibagikan petugas. Sesuai urutan helm, sandal, botol dkk yang tadi sudah antre.
Perjuangan melelahkan (dan membuat ngantuk) itu harus dijalani karena pencetakan e-KTP tak boleh diwakilkan. Sebab, menggunakan sidik jari. Jadi, harus orangnya sendiri.
Menurut Kepala Dispendukcapil Kabupaten Cirebon Mohammad Syafrudin, antrean berupa helm, sandal, dan botol dkk itu murni inisiatif para pengantre. Pihaknya tak pernah menginstruksikan. ”Mungkin karena mereka ingin lebih tertib dan tidak mau capek berdiri. Sehingga pola antrean mereka seperti itu,” katanya.