Jabar Belum Bebas Difteri

Sementara itu, Humas RSUD dr Slamet Garut Lingga Saputra mengatakan, sebelum tewas, Aidah sempat dirawat selama empat hari.

Lingga menjelaskan, saat dirujuk ke RSUD dr Slamet Garut, kondisi tubuh pasien mengalami panas yang tinggi. ”Di hari ke dua kondisi badannya ngedrop,” katanya.

Lingga mengaku upaya penanganan maksimal telah dilakukan oleh tenaga medis, namun nyawa pasien tidak tertolong. ”Sudah dibawa oleh pihak keluarga dan dimakamkan di kampung halamannnya di Kampung Ngamplang, Kecamatan Pakenjeng,” pungkas Lingga.

Sementara itu, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS dr Djatnika Setiabudi mengatakan, ‎selama 2017 ini pihaknya sudah menangani 11 pasien difteri. Dua di antaranya meninggal. Sementara sebelumnya pada 2016 terdapat 9 kasus, dan satu di antaranya meninggal dunia.

”Di antara 20 kasus dalam dua tahun terakhir ada 3 yang dioperasi. Yang meninggal pun dua yang dioperasi,” kata dia.

Menurut Djatnika, pasien asal Purwakarta saat ini masih dalam tahap pemulihan setelah 12 hari diisolasi. Yang bersangkutan tinggal menunggu hasil biakan, jika sudah negatif tak ada gejala difteri dan lehernya tidak bengkak lagi maka diperkenankan pulang.

Adapun pasien tersebut ternyata memiliki riwayat hubungan dengan penderita difteri sebelumnya, yaitu adiknya usia 6 tahun yang meninggal dunia karena difteri pada tahun lalu.

”Untuk memulangkan pasien difteri ini kami harus betul-betul berhati hati. Namun pasien kebanyakan sudah bisa pulang jika selaput di tenggorokannya sudah tidak ada lagi dan hasil biakannya negatif,” urainya lagi. (ben/bow/wan/pan/bbs/rie)

Kasus Difteri per November 2017

Jawa Timur 271 kasus, 11 kematian
Jawa Barat 95 kasus, 10 kematian
Banten 81 kasus, 3 kematian
Aceh 76 kasus, 3 kematian
Sumatera Barat 20 kasus, tidak ada kematian
DKI Jakarta 16 kasus, 2 kematian

Sumber: Kemenkes

Tinggalkan Balasan