Jabar Belum Bebas Difteri

Untung juga menjelaskan terkait respon cepat untuk mencegah keadaan semakin memburuk. Ada beberapa gejala serangan difteri yang bisa menjadi peringatan dini. Seperti sakit kepala, pembengkakan kelenjar di limpa leher, sulit bernafas, suara serak, batuk, selaput putih di tenggorokan, sulit menelan, demam, cepat lelah, dan hidung beringus cair yang lama-lama menjadi kental. ’’Kalau ada gejala-gejala itu, segera ke dokter,’’ jelasnya.

Terkait desakan supaya pemerintah memperluas cakupan wilayah berstatus outbreak response immunization (ORI), Untung belum menjawab secara tegas. Dia hanya mengatakan ORI bakal bertambah sesuai jumlah penderita difteri.

Dia menuturkan secara aturan ORI dilaksanakan di kabupaten yang ada penderita baru. ’’Itu sudah ada protapnya,’’ tuturnya. Untung menuturkan status ORI dilakukan oleh daerah dengan cepat dan tepat. Menurut Untung ORI itu dilaksanakan oleh pemda dan didukung oleh Kemenkes. Setiap ada pasien baru difteri, pemda sudah mulai melakukan ORI sesuai dengan protapnya.

Kepada provinsi yang belum kena difteri, Untung berharap terus meningkatkan kualitas pemberian imunisasinya. Khususnya imunisasi dasar. Sehingga masyarakat sudah memiliki kekebalan yang diharapkan. ’’Jangan menunggu KLB (kejadian luar biasa, red),’’ katanya. Dia membenarkan bahwa ada 28 provinsi yang berstatus KLB.

Sementara itu, Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sudjatmiko mengatakan keluarga bisa mengecek sendiri kondisi anak-anak mereka. Apakah ada dugaan terkena difteri atau tidak. Di antaranya adalah melihat tenggorokannya apakah ada selaput putihnya.

Kemudian dokter spesialis anak yang akrab disapa Miko itu mengomentari soal kekhawatiran orangtua ketika anaknya disuntik vaksin. Miko menjelaskan efek seperti muncul bengkak atau merah itu biasa. ’’Seperti orang habis makan cabai. Menimbulkan kepedesan,’’ katanya.

Sebelumnya, warga Garut Jawa Barat kembali meninggal akibat penyakit difteri. Pasien diketahui, Aidah, 32, meninggal setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD dr Slamet. Khusus di Garut, korban tewas akibat difteri ada tiga orang.

”Betul, meninggal Minggu (10/12) kemarin. Pasien sempat dirawat dulu,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Garut Tenny Swara Rifai, baru-baru ini.

Akibat meninggalnya Aidah ini, jumlah kejadian kasus difteri di Garut meningkat menjadi 12 kasus. Dari 12 kasus tersebut 3 orang penderita meninggal dunia.

Tinggalkan Balasan