Mempertahankan band selama 22 tahun bukan hal mudah. Gimana dinamika antarpersonel selama ini?
Emil: Yang namanya beda pendapat, pasti pernah. Istilahnya ’’berantem produktif’’. Biasanya, dalam proses bikin lagu atau lagi rekaman, pasti ada penyesuaian-penyesuaian dalam berkarya. Di usia 22 tahun ini, masalah ego sudah lewat. Masalahnya sekarang penyakit. Hahaha.
David: Ada yang waktu nyanyi tiba-tiba gigi copot. Kaki keseleo. Emil kalau mau jongkok mesti pelan-pelan. Jarwo strap gitar yang seharusnya menyilang di bahu jadi ditaruh pinggang.
Pepeng: Kalau saya, sering pakai koyo.
Pengalaman berkesan lainnya?
David: Bisa bertahan selama 22 tahun itu berkesan buat saya. Dan, semoga terus sampai puluhan tahun ke depan. Oh iya, saya pernah dicium fans laki-laki di Semarang. (personel lainnya tertawa). Sama kami pernah manggung di daerah yang namanya Kurungan Nyawa di Sumatera Selatan. Asli, hard-core banget nama daerahnya.
Harapan NAIF?
Emil: Mengalir aja. Terus berkarya. Dulu, saya pernah mikir bakal pensiun di umur 35. Ternyata sudah usia 40-an masih fun bermusik. (nor/c15/na)