Menaklukkan ”Cima Coppi”, Tanjakan Tertinggi di Italia (1)

 

Begitu sampai di Santa Maria, kami melewati lagi perbatasan, masuk lagi ke Italia. Lalu, terus melaju relatif datar ke arah Prato, karena dari sanalah tanjakan Stelvio yang paling populer bermula.

”Isi bensin” dulu alias light lunch (jangan makan terlalu banyak sebelum menanjak), baru kami memulai program paling mengesankan itu.

Dari Prato ke puncak Stelvio, kemiringan rata-ratanya 7,4 persen. Hanya sedikit lebih berat dari sisi Bormio. Tapi, karena ketinggian Prato di bawah 1.000 meter, dibutuhkan perjalanan lebih jauh menuju puncak. Total 24 km, melewati 48 tornante (kelok).

Di setiap kelokan itu ada penanda angkanya. Di satu sisi, itu menolong, karena kita bisa tahu ada beberapa belokan lagi yang harus dilewati. Di sisi lain, itu juga menyiksa, karena kita harus menghitung berapa belokan lagi yang harus dilewati!

Tapi, pemandangannya memang sulit ditandingi. Di bawah 20 km perjalanan, pepohonan menjadi penyejuk. Lalu, saat ketinggian melewati angka 2.000 meter, tiba-tiba tidak ada lagi pohon. Dan semakin lama kita semakin sejajar dengan dinding-dinding salju di seberang.

Menengok ke bawah, wow, jalanan berkelok itu begitu menakjubkan. Silakan ketik ”Stelvio” di search engine mana pun, dan gambar-gambar kelokan itu akan mendominasi. Melihatnya secara langsung, jauh lebih luar biasa.

Di atas, udara semakin tipis, napas semakin sulit. Beberapa di antara kami mengaku pusing-pusing. Obatnya adalah pemandangan itu, sekaligus rasa bangga bisa terus bersepeda menanjak menuju puncak.

Adik saya, Isna Fitriana, dengan bangga bilang hanya berhenti sekali saat menuju puncak. Dan dia mengomel bangga begitu melewati garis ”Cima Coppi”, di puncak Stelvio.  ”Aku tidak akan melakukan ini kalau bukan gara-gara kamu!” teriaknya saat melewati garis puncak.

Dia tidak sendirian, beberapa teman juga ”memberi judul” penuh umpatan pada perjalanan ke Stelvio ini, yang total elevation gain alias menanjaknya menembus angka 3.200 m (karena dari dua sisi). Tapi, umpatannya bernada positif karena semua benar-benar lega bisa menjalaninya.

Kami menandai pencapaian itu bukan hanya lewat foto-foto. Selain beberapa hotel dan kafe, di puncak Stelvio ada banyak toko suvenir. Kami membeli emblem untuk dijahitkan ke jersey yang kami kenakan. Bahwa itulah jersey yang kami pakai waktu ke Stelvio!

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan