Aher Minta Maklumi PPDB

Sementara itu, disinggung soal fungsi website yang kerap terkendala, Ahmad Hadadi mengungkapkan, saat ini web sudah baik dan terus dievaluasi. ”Sampai saat ini masih dilakukan evlusi bersama para IT agar tidak terjadi lagi kendala,” ujarnya.

Sementara itu, masyarakat mengeluhkan kondisi web PPDB yang masih saja error. Termasuk di Kota Cimahi.

Dengan terganggunya server untuk PPDB tersebut, para orang tua calon peserta didik (CPD) kesulitan memantau perkembangan pendaftaran.

Salah seorang, orangtua CPD, Iis Sudiarty, 40, mengungkap­kan, dirinya tidak dapat me­mantau PPDB secara online. Padahal, dia perlu memantau berapa yang daftar, kuota yang diterima dan juga nilai pendaf­tar tertinggi dan terendah.

”Cuma yang SMK yang bisa dipantau. Tapi kan anak saya masuk SMA. Apakah anak kita ada di zona aman, tengah atau zona merah. Meski pendaftaran sampai tanggal 8, bisa saja CPD dari luar kota banyak yang datang kemari,” papar di sela-sela mendaftar­kan anaknya, di SMAN 1 Ci­mahi, Jalan Pabrik Aci, Kota Cimahi, kemarin.

Dengan terganggunya server, kata Iis, membuat dirinya dan para orangtua CPD khawatir akan adanya permainan (ti­tipan, Red). ”Bisa aja geser-geser (oleh oknum, Red). Sebab kita gak bisa sama se­kali memantau,” tegasnya.

Dia lantas berusaha men­ghitung kuota. Kalkulasinya, kuota di SMAN 2 Cimahi, ada 172 dari kurang lebih 288 kuota yang akan diterima. Jika non-akademik 10 persen, untuk yang tidak mampu 10 persen, untuk anak PNS 10 persen, prestasi 10 persen serta untuk anak TNI 10 per­sen maka hitung-hitungannya tidak sampai. ”Enggak nyam­pai dong di angka 288. Kema­na itu sisanya?” jelasnya.

Iis juga mempertanyakan, siapa saja orang-orang yang daftar melalui jalur non-aka­demik tersebut. Dengan be­gitu, dia menilai, PPDB kali ini tidak ada transparansi dalam pendaftaran.

”Saya kecewa dengan Pera­turan Gubernur tentang PPDB tahun sekarang. Seharusnya sudahlah dikelola oleh kota masing-masing seperti dulu buat apa ngurus se-Jawa Barat kalau mereka belum siap. Ser­vernya saja error,” imbuhnya.

Menyikapi hal itu, dia menga­ku terpaksa mengambil aman, yaitu mendaftarkan anaknya ke SMA 1 dan pilihan kedua ke SMA 5. Padahal, hampir semua tahu, rata-rata anak ingin ke sekolah favorit se­perti SMA 2 Cimahi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan