jabarekspres.com, JAKARTA – Ningwiyarti, 50, tak henti-hentinya menatap peti jenazah anaknya. Briptu Imam Gilang Adinata, polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Rabu malam (24/5). Mata Nining -sapaannya- sembab akibat tak kunjung berhenti menangis.
Sambil tergopoh-gopoh, dia dibantu anggota polwan menuju mobil ambulance yang membawa jenazah anak pertamanya ke kampung halaman di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Jenazah Gilang dibawa setelah diberikan penghormatan terakhir dengan upacara militer yang dipimpin Kapolres Jakarta Selatan Kombes Iwan Setiawan kemarin pagi.
Jenazah dibawa dari tempat duka di Jalan Klingkit, RT5, RW1, Menteng Dalam, Kecamatan Tebet diikuti romobongan keluarga. Ningwiyarti mengaku tak memiliki firasat apapun mengenai anaknya tersebut. ”Tidak ada firasat apa-apa, tapi sebelum kejadian sempat telepon kasih tau kalau dia lagi tugas di Kampung Melayu,” ujarnya.
Di tempat sama, paman korban, Muhamad Rifky 40, mengatakan keluarga pertama kali mendapat informasi Gilang menjadi korban bunuh diri pada Rabu (24/5) pukul 22.00. Waktu itu kata dia dua polisi datang ke rumah korban untuk memberi kabar tersebut.
”Sejam dari kejadian udah ada anggota polisi yang ke rumah, kasih kabar keponakan saya jadi korban tewas bom di Kampung Melayu,” terang dia.
Saat mendapat kabar, Rifky langsung ke rumah keponakannya, jenazah baru sampai ke rumah korban untuk disemayamkan pada pukul 05.00. ”Setelah dibawa ke rumah sakit, jenazah pagi tadi sampaI ke rumah,” ujar dia.
Menurut Rifky, Gilang merupakan pribadi yang ulet dan tak banyak bicara. walau terpaut usia hampir 15 tahun dengan korban, tetapi korban dianggap dia sebagai teman bagi Rizky. ”Orangnya nggak banyak ngomong, tapi rajin, kami sekeluarga sangat kehilangan sosok Gilang,” terang dia.
Gilang, kata Rifky, belum lama menjadi anggota kepolisian Sabhara Mabes Polri. ”Dia (Gilang) dari kecil tinggal di kampung, selesai sekolah terus ke Jakarta untuk masuk Polisi, sekitar tiga tahun lalu,” Jelas Rifky.