Juru Bicara Imamal Muttaqin Generasi (IMG) Ponpes Miftahul Huda KH Miftah Fauzi melihat problem bangsa Indonesia saat ini bukan problem intoleransi. ”Jangan pernah menanyakan Islam tidak toleran,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini, yang menjadi persoalan adalah masyarakat di bawah resah karena persoalan ketidakadilan. ”Bukan pada persoalan muslim dan nonmuslim. Tetapi ada persoalan ketidakadilan yang dirasakan. Seperti pada peristiwa hukum,” terangnya.
Seperti kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok yang dituntut ringan, sedangkan kasus nenek yang mencuri singkong karena terpaksa kelaparan yang divonis sekian tahun. ”Tetapi karena hakimnya baik kemudian membayarkan denda itu kemudian tidak jadi di kurung. Dan banyak persoalan-persoalan lain yang menjadi problem kita hari ini, rakyat merasakan ketidakadilan,” jelasnya.
Contoh, ketidakadilan hukum yang menimpa Dahlan Iskan. ”Ini ada persoalan yang tidak jelas dan tidak adil menimpa Pak Dahlan Iskan,” ungkapnya.
Menurut KH Miftah, pertimbangan hukum bukan hanya materi hukum formil tetapi harus dilihat dari pertimbangan secara sosiologisnya. ”Nah, bicara sosiologis, seseorang dipertimbangkan kebaikan jasanya kepada negara. Ini yang mesti jadi pertimbangan hakim,” paparnya.
Mewakili Ponpes Miftahul Huda bersama para alumninya, KH Miftah mengaku, sudah berikrar dan siap melakukan advokasi. ”Rencana tanggal 25 Mei kami akan aksi ke Mahkamah Agung (MA),” ujarnya.
Kemudian setelah itu, pihaknya akan bertemu dengan Ketua Komisi Yudisial (KY) Dr Aidul Fitriciada Azhari SH MHum. Harapannya, putusan PN Surabaya bisa dipertimbangkan. ”Kami melihat ini sangat tidak adil materi hukum yang diputuskan ditingkat Pengadilan Negeri Surabaya kepada Dahlan Iskan,” paparnya.
Dia menegaskan, jangan sampai nanti masyarakat berpandangan lain terhadap penegakan hukum di Indonesia. Ketika seorang mantan menteri yang berjasa untuk negara divonis oleh ketidakadilan, apalagi nanti terhadap rakyat kecil. ”Kenapa hukum ini terasa tumpul kepada kawan-kawannya?” tegasnya. Sementara kepada lawan politik pengusa, kata KH Miftah sangat tajam.
Menurut KH Miftah, Dahlan Iskan merupakan sebuah sampel bahwa kondisi saat ini kalau orang besar yang baik dipandang berjasa kepada negara dan bangsa diperlakukan zalim. Apalagi kepada rakyat kecil. ”Ini yang akan kami gugat kepada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Saya tidak akan berhenti,” jelasnya.