Mendengar Suara Guru dari Wilayah Perbatasan

guru-pedalaman
SAHRUL YUNIZAR/JAWA POS
PENGABDIAN: Syawaliah dan Samadi ketika menerima penghargaan sebagai guru berdedikasi dari Kemendikbud.
0 Komentar

Bayangkan bila hendak meminta bantuan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Dia mesti menyeberangi dua sungai untuk minta restu ke UPTD Rupat Utara. Kemudian menyeberangi dua laut agar bisa sampai di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Syawaliah mengatakan, memang setiap guru butuh energi dan tenaga ekstra ketika memutuskan untuk bertugas di wilayahnya.

Jika tidak, sulit bertahan sebagai abdi negara di daerah tersebut. Sebab, bukan hanya kendala akses yang menjadi tantangan. Letak geografis Kecamatan Rupat Utara yang berada tepat di selat yang memisahkan Indonesia dengan Malaysia memaksa para pengajar itu untuk siap berhadapan dengan pasang surut air laut. Termasuk pasang besar yang terjadi saban bulan. ”Kalau pasang, beberapa sekolah banjir,” ungkap Syawaliah.

Kondisi seperti itu masih terjadi sampai saat ini. Apalagi jika pasang besar terjadi ketika hujan deras mengguyur, para guru pasti dibuat repot bukan kepalang. Sebab, sebelum berhadapan dengan banjir di kelas, mereka harus bersusah payah untuk bisa sampai di sekolah.

Baca Juga:Kir Swasta Mulai Pertengahan MeiHadapi Persegres, Essien-Cole Berpeluang Tampil

Syawaliah pun mengalaminya. Setelah bertugas di SDN 2 Tanjung Medang, dia sempat ditugaskan sebagai guru di SDN 11 Kadur. Sekolah itu hanya bisa dijangkau dengan melewati dua sungai apabila bertolak dari ibu kota Kecamatan Rupat Utara.

Setiap pasang besar terjadi, Syawaliah dibuat bingung lantaran jembatan yang juga harus dilalui sudah lapuk. Apabila salah perhitungan, bukan tidak mungkin nyawanya menjadi taruhan. ”Rusak parah jembatan itu. Ibu biasanya minta bantuan teman untuk melintas,” tuturnya. Dia tidak bisa mundur lantaran para anak didiknya menanti untuk belajar. Karena itu, berpeluh sekujur tubuh pun dia ikhlaskan demi mengajar di sekolah tersebut.

Di sekolah itu pula, Syawaliah sempat dipercaya untuk menjadi pelaksana tugas (Plt) kepala sekolah. Meski tidak lama, tetap saja pengorbanannya besar. Bukan hanya tenaga dan pikiran. Harta pun harus siap dia sisihkan.

Setiap kali sekolah butuh, dia tidak segan merogoh kocek sendiri untuk memberikan bantuan. Misalnya untuk kebutuhan-kebutuhan mendadak di sekolah. Karena meminta bantuan ke UPTD Pendidikan Rupat Utara dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis membutuhkan waktu, dia memilih jalan cepat dengan menggunakan uang pribadi. ”Sedikit banyak Ibu bantu,” kata dia. Sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya bahwa bantuan yang diberikan harus kembali.

0 Komentar