Cuci Darah Lebih Seribu Kali Untuk Mempertahankan Hidup

Dapat dibayangkan, begitu berat memang. Sehingga wajar Yadin mengibaratkan bahayanya seperti setengah kiamat. Yadin pun menjelaskan bahwa pasien gagal ginjal diuji juga dari segi sosialnya. ”Belum lagi nanti, ada kerugian sosialnya. Orang yang gagal ginjal, pergaulanya akan menjadi terbatas. Contoh kecilnya saja, yang biasanya aktif di RT atau RW, pasti akhirnya akan berhenti karena akibat lemahnya kondisi badan,” tuturnya.

Ketika bulan Ramadan, Yadin tetap menjalankan puasa. Meskipun sebenarnya dokter tidak memperbolehkan puasa bagi pasien gagal ginjal. Karena puasa bisa membuat badan menjadi semakin lemah, dan kemungkinan bisa masuk UGD. Tapi, Yadin mengaku, bahwa dia bisa melakukan puasa, meskipun tidak full. ”Saya juga heran, entah kenapa saya bisa puasa? Meskipun saya puasanya tidak sebulan full. Dan biasanya saya bocor sekitar delapan hari dalam sebulan, disebabkan cuci darah,” ujarnya.

Dalam perjalan hidupnya, Yadin terbilang berprestasi. banyak karya yang dia torehkan. Tahun 2001, saat dirinya bekerja di salah satu radio, manajemen memindahkannya menjadi skript writer. Ketika berhenti menjadi skrip writer, Yadin pun menjadi salah satu dosen di STAI Persis Bandung.

Sampai sekarang, Yadin tetap berusaha bekerja keras dalam keterbatasan. Profesinya kini, Yadin hanya mengajar sebagai dosen STAI Persis Bandung dan sebagai penulis lepas di media cetak.

Buku berjudul Ketika Sakit Tak Kunjung Sembuh menjadi saksi perjalan hidupnya. ”Dalam buku itu, saya hendak memberi motivasi pada para pembaca tentang bagaimana saya bisa bertahan dalam kondisi yang sedang sakit,” ujarnya.

Meskipun Yadin berada dalam badai ujian, dia tetap optimistis memperjuangkan kehidupannya.Dirinya selalu ingat dengan tiga kunci, ridha, ikhlas dan ikhtiar.

Adapun mengenai target ke depannya, Yadin mengutarakan, akan lebih mengisi waktunya yang tersisa dengan mendekatkan diri pada Allah. ”Karena dirasa umur saya sudah tanda kutip, artinya sebentar lagi. Saya akan lebih mempersiapkan diri untuk akhirat. Lebih mendekatkan diri pada Allah. Adapun untuk urusan dunia, saya tidak muluk-muluk punya obsesi. Saya pun akan tetap mencari nafkah dengan menjadi dosen dan seorang penulis. Karya saya yang baru pun sedang saya persiapkan. Saya sedang mengumpulkan data-data terlebih dahulu. Lalu kalau ada tenaga, saya akan kerjakan di sela-sela cuci darah. Dan setelah semuanya beres, mungkin buku karya saya yang kedua barulah akan diterbitkan,” pungkasnya optimistis. (*/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan