Kemudian, pihaknya memperlihatkan berbagai prestasi yang diraih oleh sekolah. Diakui olehnya, setelah menerima ABK bersekolah, prestasi sekolah semakin meningkat. Bahkan, tercatat sebanyak 26 orang ABK bersekolah di SD Gegerkalong Girang.
Saat ini sekolah tersebut memiliki ruang khusus untuk mengajarkan ABK. Ruangan tersebut digunakan pada jam-jam tertentu saja. Masing-masing anak akan dapat pengajaran di ruangan tersebut tiga kali dalam seminggu. Tentunya, pengajaran didampingi oleh guru wali kelas dan guru khusus.
”Anak-anak yang bersekolah itu tidak bukan anak-anak di sekitar Gegerkalong. Melainkan dari luar daerah,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya mengapresiasi para psikolog yang merekomendasikan ABK untuk bersekolah di SD Gegerkalong Girang. Di Kota Bandung, saat ini empat sekolah Inklusi yang menjadi rujukan. Yakni, SD BPI, SD Putrko dan SD Mutiara Bunda.
Sementara itu, Sekretaris Pokja Inklusif Kota Bandung Muftia Yulisnis akan terus meningkatkan layanan dan dorongan kepada sekolah-sekolah inklusif di Kota Bandung. Terutama dalam sekolah-sekolah negeri.
”Para ABK memiliki hak untuk bersosialisasi. Terkait anggaran dan dana, pihaknya akan berusaha mendorong dalam pengadaan fasilitas,” jelasnya.
Diakui olehnya, setelah ABK bergaul dengan anak normal lainnya, dengan sendirinya dapat bersosialisasi. Serta meningkatkan dan mengoptimalkan apa yang menjadi kelebihannya. (nit/rie)