Prediksi Tekanan Inflasi Turun

bandungekspres.co.id, SUMUR BANDUNG – Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indoensia (KPw BI) Jawa Barat menyatakan, pada Januari 2017, diperkirakan tekanan inflasi akan menurun dibanding bulan sebelumnya. ”Hal ini seiring dengan kembali normalnya permintaan setelah berlalunya season libur akhir tahun,” ujar Direktur KPw BI Jabar Siti Astiyah di kemarin (4/1).

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tekanan harga juga akan menurun yang ditunjukkan melalui Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Januari 2017 sebesar 154,1 atau menurun dibanding IEH Desember 2016 sebesar 159,1.

Tahun lalu, menurut dia, sebagaimana prakiraan BI Jabar sebelumnya, pada bulan Desember, tekanan inflasi Jawa Barat secara bulanan menurun ke level 0,36 persen month to month (mtm) atau secara tahunan sebesar 2,75 persen years to years (yoy) di Bulan Desember 2016. Angka tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,55 persen (mtm) atau 3,20 persen (yoy).

Dia mengatakan, penurunan tekanan inflasi secara bulanan ini khususnya disebabkan oleh berkurangnya efek gejolak harga bahan makanan atau volatile food yang sempat melonjak cukup signifikan pada November. Beberapa komoditas pangan utama memberikan sumbangan deflasi yang cukup besar seiring dengan mulai berlangsungnya panen.

”Secara fundamental, berlangsungnya momen hari raya serta libur di akhir tahun berdampak kepada meningkatnya permintaan khususnya di pada kelompok transportasi dan kelompok bahan makanan. Depresiasi rupiah juga memberikan sedikit tekanan melalui kelompok barang impor,” ujar Siti kemarin (4/1).

Secara historis, realisasi inflasi pada Desember 2016 lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Desember periode 2011-2015 sebesar 0,85 persen (mtm) atau 5,25 persen (yoy). Dengan demikian, inflasi tahun 2016 tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,73 persen (yoy). Namun, masih terkendali dan bahkan berada sedikit di bawah rentang sasaran target inflasi tahunan sebesar 4 persen hingga sekitar 1 persen (yoy).

Berdasarkan disagregasinya, andil inflasi bulanan terbesar yang mencapai 0,15 persen diberikan oleh kelompok core atau kelompok barang yang relatif tidak bergejolak. Selanjutnya, andil inflasi bulanan terbesar kedua diberikan oleh kelompok administered prices yakni sebesar 0,13 persen. Adapun andil terendah diberikan oleh kelompok volatile food atau bahan makanan bergejolak sebesar 0,08 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan