Bangkit dari Bangkrut, Joko Waluyo Mengenalkan Food Truck di Indonesia

Mobil butut tersebut lalu didandaninya. Joko meminta bantuan seorang kawan yang ahli las untuk memotong mobil itu, lalu merangkainya sedemikian rupa seperti yang diinginkan.

Dia juga meminta tolong kepada kawan lainnya yang ahli desain grafis untuk membuatkan logo. Joko melengkapi bagian belakang mobil itu dengan berbagai peralatan dari bekas gerai makanannya.

Menunya tetap sama dengan yang dia jual di gerainya dahulu. Hanya, dia memangkas karyawan dari sembilan menjadi tiga orang untuk menghemat biaya.

Joko juga mendapat tempat mangkal yang strategis di bekas SPBU di kawasan Jakarta Selatan. Dari situlah usahanya berkembang bersama lima wirausahawan lain yang juga merintis food truck dalam waktu yang hampir bersamaan. Mereka sering bertemu dan berjualan bareng-bareng.

Sebagaimana diduga, perkembangan food truck cukup pesat. Para pemain baru bermunculan. Setelah jumlahnya banyak, Joko cs membentuk Asosiasi Food Truck Indonesia (AFTI) pada 9 Desember 2012 dengan anggota 50 pengusaha. Joko ditunjuk sebagai chairman. Sejak itu, dia sering diundang ke berbagai kota untuk berbagi ilmu soal usaha food truck.

Usaha Joko terus berkembang. Tempat usahanya dalam waktu singkat bertambah dua VW Combi dan dua Daihatsu Gran Max. Dia kemudian membawa dua Combi-nya ke Bali, mencoba peruntungan di sana.

Namun, sampai sekarang Bali belum bisa ditaklukkan. Karena itu, Joko selalu berpesan kepada anggotanya yang hendak melebarkan sayap untuk mengenali daerah ”jajahan” baru itu. ”Lihat tren di sana seperti apa. Kenali pula psikologi masyarakatnya,” jelas alumnus SMAN 79 Jakarta itu.

Selain mangkal, Joko kerap diundang berjualan di berbagai event. Namun, dia mengingatkan pengusaha food truck agar tidak mengandalkan event saja. Yang utama adalah jualan reguler.

Suami Febri Mutia, 41, itu membuat rumus khusus dalam berbisnis lewat food truck. Yakni PEPS (product, equipment, people, dan system). Dia juga memperhatikan detail, khususnya pada sektor keselamatan.

Joko selalu merekomendasikan agar setiap food truck memiliki minimal satu alat pemadam api ringan (APAR) berukuran 3 liter. Begitu pula sistem kelistrikan.

”Kalau peralatanmu menggunakan listrik 1.000 watt, boleh nggak pakai kabel yang untuk 200 watt? Nggak boleh, kan?” tambah dia.

Tinggalkan Balasan