Bangga Masuk NASA, Ingin Ubah Paradigma Laut

Peneliti merupakan pekerjaan profesional. Pola pikir itulah yang ditularkan para ilmuwan diaspora saat diminta pulang kampung untuk berbagi pengalaman dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.

AGUS DWI P. M.-SALSABYL, Jakarta

”LAUT bukan pemisah, tapi penghubung,” tegas Raden Dwi Susanto, diaspora yang kini tinggal di Amerika Serikat, saat tampil di hadapan Wapres Jusuf Kalla pada acara Visiting World Class Professor di Jakarta, Senin lalu (19/12). Pertemuan yang diprakarsai Kemenristekdikti itu menghadirkan 43 ilmuwan diaspora dari berbagai bidang yang menyebar di berbagai belahan dunia.

Dalam paparannya, Dwi sangat ingin mengubah paradigma tentang kelautan yang selama ini sering dianggap jurang pemisah antarpulau ”Urban planning itu tidak hanya bisa dilakukan di darat, di laut juga bisa dikembangkan,” ujarnya bersemangat.

Dwi memang pakar di bidang ilmu kelautan. Maklum, sejak 2000 dia masuk tim Ocean Surface Topography Science dan Ocean Salinity Science bentukan NASA (National Aeronautics and Space Administration), Amerika Serikat. Tim itu meneliti topografi permukaan lautan bumi hingga salinitas air laut.

Bagi peneliti, menjadi bagian dari tim tersebut merupakan impian. Karena itu, pria asal Jogjakarta tersebut sangat bangga bisa terpilih menjadi anggota tim peneliti di NASA.

Bersama puluhan ilmuwan dari berbagai negara lainnya, Dwi bertugas meng-update data tentang laut dengan memanfaatkan citra satelit. Pekerjaannya hampir sama dengan tugas BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dalam memperkirakan cuaca di Indonesia.

Memang, masuk tim peneliti NASA tak semudah membalik telapak tangan. Dwi harus berkompetisi dengan ratusan ilmuwan dari perguruan tinggi ternama di dunia. Dia mesti lolos serangkaian tes ketat dan wajib membuat proyek penelitian tentang laut.

”Yang lolos biasanya hanya 15-20 persen (dari ratusan ilmuwan yang ikut proses seleksi, Red),” tutur Dwi.

Meski kini berkiprah di negara orang, Dwi tidak lantas melupakan Indonesia. Keinginan untuk pindah kewarganegaraan pun tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Dia justru ingin berkontribusi lebih nyata bagi pengelolaan laut tanah airnya. ”Indonesia adalah negara kelautan. Dan, saya selalu menggunakan laut Indonesia sebagai objek penelitian,” tutur bapak satu anak itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan