Wisata Halal Hanya Tren

Disinggung jika nantinya ada kejadian protes seperti kasus di Bali, dengan adanya perubahan budaya yang ada, seperti saat ini jaipong dengan budaya khasnya menggunakan pakaian yang memperlihatkan aurat.  ”Kalau soal itu sebenarnya harus ada konsensus antara pemerintah local dengan budayawan dan marketer kita sebenarnya,” terang dia

Bahkan sebut dia, jika jaipong tersebut masuk dalam halal tourism bisa saja dilakukan modifikasi, namun jangan berarti melakukan modifikasi itu melanggar pakem yang sudah ada.  ”Ketika jaipong itu di modivikasi menjadi bagian dari item halal tourism bisa saja kemudian busana itu dimodifikasi. Artinya kreatifitas tadi yang saya jelaskan itu. Kreativitas dibangun untuk halal tourism agar tafsirannya ini bisa marketebel, bukan kemudian pokonya sejarahnya seperti itu. Ketika kemudian budaya Sunda, kemudian dimodifikasi dengan gaya baru itu dianggap haram, padahal kita juga punya way cara model formasi baru untuk bisa bagaimana nih cara-cara, ide-ide ke Sunda an ini nyampe ke generasi hari ini,” terang dia.

Ditanya berapa besar respon masyarakat terkait Halal Tourim ini menurut dia pengetahuan masyarakat terhadap konsep wisata halal itu sangat minim. Rata-rata sebut Reza, masyarakat belum tahu apa manfaat dari wisata halal itu.”Padahal Negara lain yang tadi mayoritas masyarakatnya bukan muslim tetapi menanngkap itu. Jepang misalnya mempersiapkan tempat karoke sariah, kemudian menyediakan tempat solat dan lain sebagainya. Jepang loh yang mungkin sebagian orang mengenal Jepang seperti apa,” jelasnya.  (ign/fik)

Sertifikasi Ada di DSN MUI

LEMBAGA Pusat Halal Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) menganggap wisata halal sebagai sebagai peluang emas. Pembina pusat halal Salman ITB Budi Faisal mengatakn, saat ini, lembaganya tengah gencar memfasilitasi sejumlah pelaku pariwisata untuk menggalakan mau menerapakn konsep halal.

Menurut dia, sudah banyak pelaku pariwisata yang akan ikut membuka paket halal. Akan tetapi, untuk sertikat halal hanya bisa didapat dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI).

”Adanya wisata halal bukan hal baru. Melainkan ini adalah miss market bagi para wisatawan yang ingin teguh menjalankan tuntunan agama,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan