Wisata Halal Hanya Tren

Menurut Yudi, sejak 2006, Garuda Indonesia telah memiliki paket wisata muslim. Namun, karena wisata muslim itu terlalu general maka muncullah istilah halal.

”Yang mencari (wisata halal) itu bukan hanya orang-orang muslim saja, tapi non muslim juga ingin halal. Saat wisata mereka ingin makanan bebas port, meskipun Indonesia itu sudah tidak diragukan lalu kehalalannya,” ujar Yudi.

Dia mengakui, konsep wisata halal dan konvensional tidal terlalu berbeda. Destinasi yang ditawarkan pun sama. Namun perbedaannya, dalam wisata halal, para wisatawan dijamin bebas babi, diingatkan waktu salat serta ada kunjungan ke masjid yang memiliki nilai history.

”Kunjungannya sama-sama saja. Jika ke Tiongkok itu yang dilihat Tembok Besar China, Summer Palace, Forbiden City dan lain-lainnya. Namun jika bicara halal, kita ingetin waktu salatnya, jamin makananya, ada disisipin kunjungan ke masjid sejarah,” ujar Yudi.

Sebelum menjual paket wisata halal, kata Yudi, tim Garuda Indonesia melakukan survei ke destinasi yang akan dikunjungi. Tim bertugas menyiapkan keperluan ibadah para wisatawan. Sebab, jika yang dikunjunginya negara mayoritas non muslim akan sulit mendapati masjid. Maka itu, tim biasanya meminta manajemen restoran untuk menyiapkan ruang khusus untuk salat. ”Jadi wisatawan dibawa makan sekaligus salat jika jauh dari masjid,” tegasnya.

Menurut dia, pelaku industri pariwisata memanfaatkan konsep wisata halal untuk meningkatkan penjualannya. seperti yang dirasakan Garuda Indonesia Cabang Bandung.

Tagline halal sangat bagus terhadap peningkatan sales. Tiga tahun lalu masih nol (pasangger), tahun kedua capai 500, dan tahun ini bisa mencapai 1.500,” ungkap Yudi.

Travel agent mitra Garuda Indonesia pun terus membuat paket-paket wisata halal. Tahun 2014 lalu hanya ada 15 travel agent yang menjual produk wisata halal Garuda Indonesia. Namun kini, sudah mencapai 200 travel agent yang ikut berjualan.

Lebih lanjut Yudi mengatakan, soal harga paket wisata halal memang sedikit lebih mahal dari konvensional. Ini karena meminta penyediaan makanan-makanan halal di luar negeri lebih mahal. Apalagi, jika musim peak season tiba. Harga paket wisata bisa sangat mahal.

DOSEN Jurusan Business Law Binus, Muhammad Reza Syariffudin Zaki SH,MA, menyambut baik upaya pemerintah yang mempopulerkan wisata halal. Hal itu menurutnya dapat mendorong kunjungan wisatawan tak hanya domestic tetapi juga manca Negara.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan