Di Sumatera Terdesak Sawit, di Enrekang Trauma Masa Lalu

Keinginan berkeliling Indonesia itu sudah lama dicita-citakan Paox. Namun, untuk merealisasikannya, tentu diperlukan kendaraan yang mumpuni, mampu menempuh medan berat, dan sesuai dengan postur orang Indonesia. Maka, Kawasaki Versys menjadi pilihan utama. Motor jenis dual purpose seharga Rp 150-an juta itu dibeli dengan dana seadanya.

”Belinya kredit, pakai utang sana-sini. Saya kan tidak punya sponsor. Itu pun motornya baru bisa dipakai keliling (Indonesia) setelah lunas,” ujarnya, lalu terkekeh.

Paox memulai perjalanan keliling Indonesia pada Oktober tahun lalu. Start dari Lombok ke arah barat melewati Bali, Jawa, dan menuju Sumatera. Selama sekitar tiga bulan, Paox mengunjungi berbagai masyarakat adat di wilayah Indonesia Barat itu. ”Saya berangkat bawa sangu Rp 900 ribu, sampai Jogja sudah habis,” ungkap pria kelahiran 8 Februari 1976 tersebut.

Meski uang sakunya habis pada awal perjalanan, Paox tidak putus asa. Di etape perjalanan, Paox selalu mem-posting tulisan serta foto-foto yang didapatnya selama dalam perjalanan ke akun Facebook pribadinya. Dari situ, banyak teman Paox yang berkomentar, bersimpati, dan memberikan bantuan.

”Banyak yang bilang, ‘Eh aku senang lihat perjalananmu, tak ikut kontribusi ya’,” katanya.

Bahkan, berkat tulisan perjalanannya secara berkala itu, Paox bisa bertemu dengan kawan lamanya semasa tinggal di Semarang. Dia kini menetap di Padang. Dari temannya tersebut, Paox juga mendapat bantuan. ”Dia bilang akan ikut urun bensin. Eh, tak tahunya dikasih Rp 15 juta, hahaha…,” ujarnya.

Selama di Sumatera, Paox melihat banyaknya perubahan infrastruktur yang mendesak masyarakat adat ke kawasan pinggiran. ”Saya menyebut Sumatera sebagai darurat sawit,” tegasnya.

Paox memiliki alasan menyebut Sumatera sebagai darurat sawit. Sebab, hampir seluruh wilayah di pulau itu saat ini sudah berubah menjadi lahan kebun sawit. Bahkan, untuk menuju Candi Muara Takus, Riau, harus melalui perkebunan sawit yang panjang.

”Nilai historisnya sudah hilang. Sulit membayangkan kebesaran budaya masa lalu, lebatnya hutan di sekeliling candi, karena isinya kini sawit semua,” ujarnya memberikan contoh.

Memasuki 2016, Paox melanjutkan perjalanan ke wilayah Indonesia Timur, yakni Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Di antara sekian banyak kelompok masyarakat adat yang dikunjungi, Paox mengaku secara khusus memberikan perhatian lebih pada lima komunitas adat. Yakni, Sumbawa (NTB), Ende Flores (NTT), Enrekang (Sulawesi Selatan), Halmahera Tengah (Maluku Utara), dan Bulungan (Kalimantan Utara).

Tinggalkan Balasan