Coklat Kita Hadirkan Napak Jagat Pasundan 2016

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Hajat yang mengetengahkan ragam kesenian —khususnya Sunda— yakni Napak Jagat Pasundan 2016 telah usai di gelar di Desa Karoya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Sabtu (12/11). Pertunjukan seni dan budaya yang dipersembahkan Coklat Kita ini sukses mendapat apresiasi besar dari masyarakat Kota Santri.

icon-njpMereka yang terdiri dari berbagai usia, nampak tak beranjak dari tempat digelarnya acara hingga berakhir pada pukul 23.00. Mereka mengikuti jalannya pertunjukan itu hingga usai. Kemeriahan acara memang terasa berbeda, di banding-banding gelaran serupa sebelumnya.

Pada kegiatan tersebut, panitia penyelenggara menghadirkan ragam pertunjukan seni. Mulai dari penampilan Papuri Ethno Progressive, band hip hop Sundanis yang melagamkan lirik Sunda, tari topeng dari Sanggar Panji Asmara Cirebon, Kohkol Percussion, Nuki, Pencak Silat dari Pasir Intan Kabupaten Garut, modernisasi tarian Sunda dari Papuri Dancer hingga penyanyi pop Sunda legendaris Rita Tila.

Kesenian yang dihadirkan di panggung Napak Jagat Pasundan 2016, bukan hanya berasal dari Seni Sunda, tapi juga Cirebonan, yang hari itu diwakili oleh lima penari topeng dari Sanggar Panji Asmara, kelima penari tersebut menampilkan tari topeng kelana dengan begitu memukau. Lewat kehadiran rombongan asal Cirebon ini, dapat disumpulkan bahwa bentuk edukasi dari Napak Jagat Pasundan tidak hanya ada dilingkup kesenian Sunda saja tapi juga mereka yang berada di ujung luar Jawa Barat.

Marketing Officer Coklat Kita Budhi Agoes Salim mengatakan, tahun ini, merupakan tahun keempat Coklat Kita menyelenggaraan kegiatan Napak Jagat Pasundan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengangkat tema ”Ngideur Dayeuh Mapay Lembur”, tahun ini temanya adalah ”Ngigeulan Jaman”.

Menurutnya, tema tersebut diangkat untuk menekankan pada pesan utama yang ingin disampaikan dalam kegiatan, yaitu untuk membangkitkan kepedulian terhadap kekayaan budaya daerah dan memberikan gambaran budaya yang berkolaborasi dengan modernisasi, namun tidak menghilangkan dasar budaya yang sudah menjadi jati diri daerah.

”Dengan konsep seperti ini diharapkan dapat memberikan gambaran era kekinian yang terjadi antara budaya daerah dan pengaruh kesenian atau musik masa kini,” katanya kepada wartawan di sela kegiatan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan