Perpustakaan Berjalan, Cara Sopir Angkot di Bandung Kampanyekan Budaya Baca

Ada juga yang ingin membeli buku di perpustakaan angkot Pian. ”Waktu itu ada penumpang ibu-ibu. Dia mau buku politik Islam. Saya bilang bukunya nggak dijual,” ucap pria kelahiran 1 Januari 1979 itu.

Kiprah perpustakaan angkot Pian itu ternyata sudah sampai ke pejabat di Pemkab Bandung. Kabarnya, Pemkab Bandung hendak membantu Pian dan Elis berkaitan dengan perpustakaannya tersebut. Di luar itu, buku-buku terus berdatangan dari para donatur. Rata-rata donatur menyumbang 5-10 buku. Namun, ada pula yang menyumbang 100 eksemplar buku.

Pian menjelaskan, tujuan utama dirinya menyediakan buku adalah membuat para penumpang tidak bosan di dalam angkot. Sekaligus memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi penumpang selama perjalanan. ”Daripada anak-anak sekolah itu asyik main HP, lebih baik baca buku. Kan tambah pengetahuannya,” papar Pian.

Kondisi itu membuat Pian prihatin. Dia ingin anak-anak sekolah lebih banyak membaca buku daripada main HP sehingga wawasannya bertambah. Apalagi Pian punya pengalaman pahit dengan sekolah.

Pian hanya lulus SD. Baru beberapa tahun lalu, dia disuruh istrinya untuk mengikuti program kejar paket B atau setara SMP. Satu hal yang dia sesali, dia tidak melanjutkan sekolah karena salah pergaulan. ”Kelas 6 SD saya sudah minum (minuman keras),” kenangnya.

Dengan tekad kuat untuk berhenti, ditambah support dari sang istri, kebiasaan minum itu akhirnya berhenti total pada pertengahan 2016. Dia merasa lega karena bisa lepas dari minuman keras. Dari situ, dia ingin menebus pengalaman pahitnya tersebut dengan menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat luas. (*/c5/ari/rie)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan