Kertas Cita-cita Dibuka Lima Tahun Lagi

Hampir setiap orang memiliki cita-cita sewaktu kecil. Akan tetapi, tidak semua orang bisa cita-citanya bisa terwujud. Walaupun begitu, para siswa SMP/SMA Darul Hikam Internasional School (DHIS) Lembang menggelar “Time Kapsul”.

HENDRIK KAPARYADI, BANDUNG BARAT

DALAM rangkaian menyambut Hari Sumpah Pemuda, para siswa diminta menuliskan cita-cita pada sebuah kertas. Setelah itu, kertas tersebut dimasukan ke dalam sebuah kapsul yang terbuat dari besi. Terakhir, kapsul itu dikubur di halaman sekolah.

Rencananya, kertas tersebut akan dibuka lima tahun ke depan dalam reuni akbar sekolah. Tradisi ini, sudah menjadi kegiatan rutin selama dua tahun terakhir.

Siapa sangka, kegiatan tersebut menyedot antusias 250 orang siswa. Uniknya, para siswa mengenakan pakaian profesi mulai dari seorang dokter, polisi, tentara, majelis hakim dan beberapa profesi lainnya.

Pembina Acara Time Kapsul Fitriani Juwita mengungkapkan, kegiatan positif ini untuk memotivasi siswa agar mampu meraih cita-citanya di masa depan. Mereka menuliskan cita-cita pada sebuah kertas lalu dikuburkan di dalam tanah.

”Mungkin ada yang sudah meraih cita-citanya dan juga ada yang masih kuliah,” katanya kepada wartawan di Lembang, kemarin (27/10).

Kegiatan ini, kata dia, merupakan masukan dari para siswa sendiri. Dengan menulis sebuah cita-cita, harapannya segala keinginan para siswa dapat terwujud.

”Inspirasinya dari siswa juga yang ingin menulis cita-cita mereka. Mudah-mudahan apa yang ditulis mereka bisa terwujud,” ujarnya.

Salah seorang siswa SMA kelas III Ariq Muhammad Zulfikar menyambut baik kegiatan tersebut. Diakuinya, dengan menulis sebuah cita-cita dan di simpan di dalam tanah, menjadi motivasi untuk mencapai cita-cita tersebut. ”Kami jadi termotivasi untuk meraihnya di masa depan. Tahun kemarinpun saya menulis cita-cita juga,” bebernya.

Secara malu-malu, dia mengutarakan, bercita-cita ingin menjadi Bupati di suatu daerah. Cita-cita ini diyakini akan tercapai setelah dirinya akan menempuh pendidikan perguruan tinggi terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke dunia politik.

”Banyak masyarakat yang bilang kalau jadi bupati itu tidak pro rakyat, saya ingin merasakannya langsung. Bahwa menjadi pejabat bisa melayani masyarakat dengan baik dan pro rakyat,” tandasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan