Rupiah Keluar dari Level Rp 13.000

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Nilai tukar rupiah memasuki babak penguatan. Pada perdagangan Selasa (27/9) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot berada pada kisaran Rp 12.900 – Rp 12.936 per dolar AS. Data perdagangan Reuters mencatat, butuh waktu setahun lamanya agar bisa membuat dolar AS bergerak di bawah level Rp 13.000. Tepatnya 6 Mei 2015 silam, dolar AS tercatat mulai menembus kisaran Rp 13.000.

Pelan tapi pasti, dolar AS terus merangkak naik dan menekan rupiah. Bahkan, rupiah sempat menyentuh level terendah di 28 September 2015 lalu saat berada di level Rp 14.705 per dolar AS. Pelemahan tersebut banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal yakni dipicu oleh kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menyambut baik penguatan nilai tukar rupiah tersebut. Agus menyebut, ada beberapa faktor yang memicu penguatan rupiah kemarin.

Dari dalam negeri, ada beberapa faktor, yakni dimulai dari tingginya arus modal masuk bersih atau nett inflow tahun ini. ’’Total Januari sampai September (inflow) itu Rp 151 triliun, dibandingkan periode yang sama (tahun lalu) Rp 39 triliun,’’ ujarnya usai Ratas ekonomi digital di Kantor Presiden kemarin.

Faktor lainnya, yakni pengaruh dari perkembangan program tax amnesty yang tampaknya dilihat dengan baik oleh pasar. Program tersebut sejauh ini menunjukkan tren yang positif. Juga, perkembangan di DPR di mana Badan Anggaran menyepakati pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen. ’’Jadi, kelihatan bahwa minat terhadap Indonesia yang meningkat,’’ lanjutnya.

Faktor pemicu penguatan rupiah tak hanya berasal dari dalam negeri. Agus menyebut, faktor eksternal penguatan rupiah kali ini tidak lepas dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) meeting. Pertemuan tersebut menyepakati The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuannya yang berakibat pada kondisi dolar AS banyak dilepas ke luar AS.

Di saat bersamaan, Jepang juga melanjutkan stimulus quantitative easing atau kebijakan moneter untuk menyuntikkan dana ke pasar. Ditambah lagi, bank sentral Jepang menahan tingkat bunga agar tetap negatif.  Sehingga, dolar AS urung masuk ke Jeoang dan menjadi melimpah di negara-negara lain. Menurut Agus, hal-hal tersebut memberikan kesan positif terhadap indonesia. ’’Jadi saya dapat memahami kalau nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan,’’ tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan