Kriminalitas Tinggi, Ngopi pun Dikawal Bodyguard

Mengunjungi Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Berjuang Bangkit dari Kebangkrutan

Venezuela belum bisa lepas dari ancaman kemiskinan. Namun, di tengah krisis ekonomi dan politik, negara tersebut malah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Ke-17 Gerakan Non-Blok (GNB). Berikut laporan wartawan Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) FIRZAN SYAHRONI yang meliput langsung konferensi.

NO camera, no camera,” kata Wilfredo terburu-buru.

Ekspresinya seperti orang ketakutan. Petugas KBRI di Venezuela itu meminta Jawa Pos memasukkan lagi kamera ke tas. Bola matanya lantas menyapu suasana sekitar Bandara Simon Bolivar dengan penuh curiga.

Pagi itu suasana bandara sudah ramai. Porter berseragam berkerumun, mengamati kedatangan rombongan dari Indonesia. Beberapa di antara mereka lantas mendekat. Tangannya melambai-lambai, menawarkan jasa angkut. ”Biarkan saja, jangan dilihat,” timpal Miguel Ernandes, warga Venezuela yang sudah dua tahun bekerja di KBRI. ”Hati-hati di Venezuela,” lanjut dia, mengingatkan.

Suasana di Bandara Simon Bolivar memang berbeda bila dibandingkan dengan bandara internasional lain. Banyak orang berlalu-lalang, keluar masuk bandara dengan bebas. Sekilas mirip Terminal Purabaya. Kondisi toilet juga cukup memprihatinkan.

Tabung tempat sabun untuk mencuci tangan terlihat kosong. Beberapa lubang pembuangan air terlihat mampet.

Rencana menjepret aktivitas di Bandara Simon Bolivar pun batal. Bukan apa-apa. Menurut Miguel, bandara di Venezuela termasuk tempat paling rawan kejahatan. Tidak sedikit pendatang yang menjadi korban kriminalitas. Paling banyak jambret.

Karena itu, panitia KTT GNB membentuk tim khusus untuk menjemput para delegasi. Tim tersebut melibatkan para staf kedutaan besar dari negara masing-masing, termasuk KBRI. Begitu tiba di bandara, para delegasi langsung dikumpulkan di ruang VVIP, sebelum diberangkatkan ke Margarita dengan pesawat carter.

Ruang VVIP menjadi satu-satunya tempat yang tidak bisa diakses oleh sembarang orang. Hanya ada satu pintu masuk yang cuma bisa dibuka oleh petugas keamanan.

Para staf KBRI bahkan menyediakan ”bodyguard” bertubuh gempal untuk mengawal Jawa Pos saat hendak ngopi di sebuah kafe. ”Buat antisipasi keamanan saja,” kata Wahid Fairuz, staf KBRI di Venezuela.

Tinggalkan Balasan