Angka Inflasi Pasca Lebaran di Jabar Tetap Terkendali

BANDUNG – Inflasi Jawa Barat pada Juli 2016 tercatat sebesar 0,47 persen (month to month/mtm) atau 2,89 persen (year on year/ yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,72 persen (mtm) atau 3,22 persen (yoy).

Hal ini diungkapkan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Soekowardojo dalam siaran pers yang diterima Bandung Ekspres kemarin (2/8).

Penurunan tekanan inflasi ini secara umum terjadi seiring dengan berlalunya masa Lebaran. Secara historis, realisasi inflasi pada bulan terjadinya Lebaran ini merupakan yang terendah sejak tahun 2011.

Berdasarkan data tahun 2011-2015 (exclude 2013 ), rata-rata inflasi bulanan saat Ramadan yakni 0,62 persen. Sedangkan di bulan periode Lebaran yakni 0,80 persen.

Berdasarkan disagregasinya, andil inflasi bulanan terbesar diberikan oleh kelompok administered prices yang mencapai 0,28 persen atau mengalami inflasi sebesar 1,42 persen (mtm).

Selanjutnya diikuti oleh kelompok volatile food yang memberikan andil sebesar 0,11 persen atau inflasi sebesar 0,57 persen (mtm) dan kelompok core yang memberikan andil sebesar 0,09 persen atau inflasi sebesar 0,14 persen (mtm).

Tekanan inflasi bulanan kelompok volatile food mengalami penurunan yang cukup dalam yakni dari 3,08 persen pada Juni menjadi 0,57 persen pada bulan Juli. Di mana hal ini terjadi seiring dengan berlalunya momentum Lebaran.

Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah dari bawang merah 0,07 persen, kentang 0,06 persen, beras 0.05 persen, daging ayam ras 0,04 persen, cabai rawit 0,02 persen, dan daging sapi 1,70 persen.

”Inflasi juga terjadi pada komoditas yang berasal dari kelompok buah-buahan seperti apel, pir, dan pisang serta kelompok sayur-sayuran seperti petai dan kacang tanah,” ujar Soekowardojo.

Sebagai dampak La Nina, kata dia, curah hujan pada musim kemarau kali ini cenderung di atas normal sehingga digolongkan menjadi kemarau basah.

Sebagai akibatnya, sejumlah tanaman khususnya hortikultura seperti bawang merah dan cabai menjadi rentan busuk dan terkana penyakit.

Sebagai contoh, produksi bawang merah di Brebes yang merupakan sentra produksi pada masa panen Juli 2016 ini menurun 50 persen akibat terendam banjir.

Berlanjutnya kenaikan harga komoditas kentang disebabkan oleh semakin terbatasnya pasokan. Hal ini salah satunya disebabkan karena petani di sejumlah sentra memilih melakukan panen dini menjelang bulan Ramadan lalu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan