JABAR EKSPRES – Perajin tahu di sentra tahu Cibuntu, Dedi Rohaendi, memastikan gejolak harga kedelai akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina hanya berlangsung empat hari.
Menurut Dedi, lonjakan harga sempat terasa dua pekan lalu, namun saat ini pasokan dan harga kembali stabil. Tidak ada kenaikan harga lagi, begitupun sebaliknya, penurunan harga tidak terasa.
“Untuk sekarang normal, alhamdulillah. Tapi memang dua minggu ke belakang sempat naik terus tiga sampai empat hari,” kata Dedi saat ditemui Jabar Ekspres di tempat produksinya, Selasa (23/4).
BACA JUGA:AS Sorot Barang Bajakan di Mangga Dua, Ini Kata Kemenperin!
Ia mencatat harga kedelai sempat naik dari Rp8.700 menjadi Rp9.500 per kilogram untuk merek Panda, dan Rp9.800 untuk merek Bola. Kenaikan itu, menurutnya, berasal dari distributor dan tidak berkaitan langsung dengan kurs rupiah terhadap dolar Amerika.
“Kemarin sempat dolar naik, tapi kedelai malah turun. Inflasi rupiah enggak terlalu ngaruh,” ujar pria 44 tahun itu. “Kalau saya nilai sendiri, ini dampak perang dagang yang Cina naikin persen kemarin. Tapi cuma empat harian, setelah itu harga turun lagi.”
Dedi mengaku tidak mengambil langkah khusus selama lonjakan harga tersebut, karena kenaikannya masih tergolong kecil. “Kalau naik di bawah seribu, masih aman. Dulu waktu harga kedelai naik sampai Rp12 ribu, itu baru kerasa banget.”
BACA JUGA:AS Nilai QRIS Menghambat Perdagangan, BI Buka Peluang Kerja Sama?
Ia juga menyinggung kondisi ekonomi yang dianggap masih lesu, terutama karena masa transisi pemerintahan. Dedi berharap para perajin tahu bisa lebih solid dan pemerintah turut membantu menstabilkan harga bahan baku.
“Kami enggak masalah harga turun, asal stabil. Dan koperasi tahu tempe tolong diperkuat lagi, sekarang kurang jalan,” pungkasnya.