Ibadah dan Muhasabah

Ramadan, bagi seorang hamba Allah, selain sebagai bulan peningkatan ibadah, juga menjadi bulan introspeksi diri atau muhasabah ‘ala nafsihi’ terhadap perjalanan hidupnya di dunia ini. Biasanya selalu terucap secara spontan ketika Ramadhan datang, “rasanya baru kemarin kita meninggalkan Ramadan, sekarang sudah akan bertemu lagi Ramadan”. Ungkapan seperti ini semestinya menjadi penyadaran diri bahwa di dunia hidup begitu singkat.

Perjalanan waktu begitu cepat. Maka sejatinya setiap saat mempersiapkan diri jika hidup pun sampai pada waktunya atau datang ajalnya. Namun yang lebih penting bukan sekedar menyadari bahwa hidup ini ada ujungnya, tapi semestinya berhisab diri apa yang sudah kita persiapkan ketika suatu saat kita kembali kepada-Nya. Maka jawabannya tentu saja hanya amallah yang menjadi bekal abadi kelak. Untuk itu ketika Allah masih memberi kita kesempatan hidup dunia ini, teruslah beramal shaleh. Dan selain itu terus pula bermuhasabah barangkali masih sangat jauh amal-amal yang diandalkan untuk berhadapan dengan-Nya nanti. Dan pada bulan Ramadan inilah momentum bermuhasabah itu tidak boleh dilewatkan. Sabda Rasulullah SAW.: “Sungguh celaka orang yang didatangi Ramadan namun sampai Ramadannya berlalu dia tidak dapat pengampunan dari Allah”. (*/drx)

Tinggalkan Balasan