Kiat Agar Investasi Mengalir ke Indonesia

bandungekspres.co.id,BANDUNG – Menteri Kordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, dengan pertumbuhan Indonesia hanya sekitar lima persen, tak akan membuat investasi mengalir deras ke dalam negeri. Pasalnya, investor lebih tertarik ke India dan China yang pertumbuhannya di atas tujuh persen.

”Percuma kita bolak-balik mengundang perusahaan asing di dalam negeri. Karena asing-masing enggak bodoh. Kecuali di sektor  sumber daya alam. Kalau mereka lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya lima persen, mereka enggak mau investasi di sini. Ngapain? di India 7,3 persen di Cina 7,2 persen, Indonesia baru 2 persen. Kita harus berani berpikir out of the box,” kata Rizal di hadapan 4.000 peserta Jambore Hipmi Perguruan Tinggi se-ASEAN di Bandung, Jawa Barat, kemarin (24/5).

Rizal menjelaskan, Indonesia perlu menerbitkan bond sekiar USD 100 miliar untuk pembiayaan (financing) infrastruktur.  Penerbitan bond atau obligasi ini setelah melalui revaluasi seluruh aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebab, ucap Rizal, tak semua menteri di Kabinet Kerja mendukung gagasannya. Bahkan tak semua BUMN melakukan revaluasi aset.

”Hanya beberapa BUMN menangkap ide ini melakukan revaluasi aset. Asetnya naik Rp 800 triliun. Tapi kalau seluruh BUMN melakukan ini, asetnya akan naik Rp 2.500 triliun. Sehingga kita menerbitkan financing US$ 100 miliar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang sekarang hanya sekarang hanya lima persen dan ditargetkan 6,5 persen akhir tahun ini,” jelasnya.

Rizal mengungkapkan, bila gagasan ini dijalankan akan membangkitkan kepercayaan investor dan akan berebutan  masuk ke Indonesia. ”Ini akan membuat orang lebih percaya bahwa ekonomi Indonesia akan bangkit. Kalau kita berhasil menerbitkan total bond USD 100 miliar,” ungkapnya.

Dia mengatakan, dana tersebut dialokasikan untuk membangun infrastruktur di seluruh Indonesia dan sisanya untuk menggerakan sektor ril. ”Pemerintah enggak usah pusing, kita mampu membangun jalur kereta api sepanjang Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Biayanya hanya USD 40 miliar. Kita sisikan Rp 60 miliar lagi untuk memompa sektor ril di seluruh Indonesia. Sayangnya ide tadi belum sepenuhnya didukung di kabinet,” pungkasnya. (yul/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan