Cegah Paham Radikal dan Penyebaran Kelompok ISIS

 

bandungekspres.co.id – Penyebaran paham radikal asal negara timur tengah, Islamic State of Iraq and Sham/Syria (ISIS) harus benar-benar dicegah. Pasalnya, paham ini telah masuk Indonesia sejak tahun 2014.

Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung Tedi Priatna, pencegahan terhadap paham tersebut harus diimbangi bagaimana pendidikannya. ”Fakultas Tarbiyah diharapkan bisa meminimalisir penyebaran paham ISIS dalam pendidikan. Terutama hal ini bisa disampaikan nantinya oleh para guru lulusan UIN,” ucap Tedi saat membuka seminar mengantisipasi ISIS dan Pencegahan Kekerasan Atas Nama Agama di UIN SGD Bandung, Jalan A.H Nasution, Senin (28/3).

Seminar yang diikuti ratusan mahasiswa ini menghadirkan tiga pemateri dari berbagai latar belakang. Yakni Ketua Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) Wawan Gunawan, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Setia Gumilar dan Perwakilam MUI Ajid Thohir.

Dalam kesempatan tersebut, Wawan Gunawan menjelaskan, dalam lima tahun terakhir berdasarkan lima lembaga riset, Jawa Barat menempati peringkat pertama daerah intoleran. ”Intoleran ini merupakan cikal bakal dari radikalisme, di mana masyarakat setelah melakukan intoleran akan masuk pada fase kekerasan dan selanjutnya radikalisme,” katanya.

Dia menjelaskan, ISIS adalah gerakan ekstremis lain yang mengatasnamakan Islam. Dampaknya, wajah Islam tampak hanya kemarahan dan kebiadaban. Di Indonesia, individu-individu yang berperan mewujudkan visi global ISIS orang-orang yang tidak mengerti geopolitik Arab, khususnya Irak dan Suriah.

Pergerakan ini masuk Indonesia memanfaatkan jejaring sosial dan sejumlah situs. Bagi Indonesia yang merupakan negara dengan muslim terbanyak di dunia, keberadaan ISIS dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal itu, bertentangan dengan ideologi Pancasila dan semangat ukhuwah Islamiyah yang selama ini menjadi ciri khas beragama masyarakat Indonesia yang dipandang toleran dan inklusif.

”Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Salah satu masalah berkaitan dengan kemajemukan bangsa Indonesia adalah dalam hal kehidupan beragama,” ungkapnya.

Sementara itu, Setia Gumilar menjelaskan, kerukunan hidup antar atau internal umat beragama di Indonesia sangat penting. ”Hal itu dikarenakan agama bagi masyarakat Indonesia adalah sistem acuan nilai yang menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak bagi para pemeluknya,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan