Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total

Salah satunya rawan hujan. Jika itu terjadi, praktis GMT akan tertutup awan. Selain itu, di Palembang GMT akan berlangsung pada pukul 06.20 WIB, ketika matahari masih rendah. Itu bakal menyulitkan pengamatan. ”Prediksi cakupan awan di sini (Maba) juga lebih rendah dan kemungkinan hujannya rendah,” kata Avivah.

Rencananya, mereka bertolak dari Ternate ke Maba pagi ini. Perjalanan tersebut harus ditempuh dengan dua moda transportasi. Pertama dengan speedboat 30-45 menit dilanjutkan naik mobil sekitar enam jam.

Karena itu, seharian kemarin mereka menghabiskan waktu di Hotel Boulevard, Ternate, untuk menyiapkan berbagai hal. Di antaranya merangkai alat solar scope yang polanya mirip dengan kamera lubang jarum. Juga kacamata matahari. Karena itu, perlengkapan untuk merangkai seperti gunting, kacamata kertas, cutter, dan black polymer ND5 pun mereka boyong ke lobi hotel.

”Kami juga ingin memberikan edukasi di Maba. Sebab, astronomi di Indonesia Timur belum terlalu dikenal,” kata Avivah seraya menempelkan potongan black polymer ND5 tersebut.

Kacamata bergambar seperti topeng Bali itu akan disiapkan untuk masyarakat Maba yang ingin menikmati GMT. Corak Bali yang ada di kacamata kertas tersebut merupakan kreasi pendongeng kenamaan Indonesia Andi Yudha Asfandiyar. ”Desainnya khusus untuk acara nanti. Belum pernah dipakai sebelumnya,” ucap Avivah.

Hampir seribu kacamata yang disiapkan. Namun, bahan untuk edukasi itu tidak berasal dari kantong mereka sendiri. Kacamata yang dibuat Langit Selatan dibantu ITB 85, NAOJ, dan Hongkong. Selain itu, Langit Selatan menerima donasi berupa kacamata dari Australia dan Amerika.

Peraih gelar master untuk bidang studi astrofisika lanjut ITB tersebut menambahkan, bukan cuma kacamata yang mereka bawa. Tapi juga pengetahuan yang siap dibagikan kepada SMP dan SMA Maba. Acara itu dihelat hari ini (7/3).

Lokasinya adalah SMKN 1 Maba. Mereka akan mengundang tujuh atau delapan sekolah. ”Dipusatkan di sana karena hanya sekolah itu yang punya genset. Kami juga bawa peralatan sederhana untuk mengamati matahari,” katanya.

Pengenalan memang dilakukan pada satu sekolah saja untuk tiap-tiap jenjang. Sebab, Selasa (8/3) mereka harus mempersiapkan diri dan peralatan untuk pengamatan GMT. Mereka tidak ingin fenomena langka itu terlewatkan dengan cara yang kurang berkesan. ”Saat GMT nanti, siswa dan masyarakat boleh ikut kami untuk melakukan pengamatan,” ucap dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan