Riset dan Inovasi Menjadi Kunci

”Sedapat mungkin SDM yang bekerja di diler adalah putra-putri lokal karena mengenal kebudayaan daerah setempat. Mereka akan lebih mampu memberikan kenyamanan dan kepercayaan konsumen,” imbuhnya. Menurut dia, sumber daya alam juga menjadi keunggulan bagi Indonesia untuk memajukan perekonomian. Hanya, lagi-lagi SDM yang mumpuni diperlukan untuk memberikan nilai tambah dari SDA yang dimiliki Indonesia.

”Tetapi, rumitnya pengurusan izin juga menjadi kendala dalam penanaman investasi asing di Indonesia. Dibutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang probisnis dan pengurusan izin juga harus diperbaiki,” lanjutnya.

Bapak dua anak itu pun mengapresiasi adanya paket kebijakan ekonomi tentang izin investasi tiga jam. Kebijakan tersebut diyakini mampu menarik investor asing, terutama sektor otomotif, masuk ke Indonesia.

Ang terjun ke bisnis otomotif sejak 1993 dengan bergabung di Honda Surabaya Center sebagai general manager. Bisnis itu merupakan usaha keluarga yang dirintis ayahnya, Ang Kang Hoo. Usaha tersebut awalnya berdiri dengan nama PT Imora Motor yang bergerak di bidang distributor Honda di Indonesia dan masih mengimpor dari Jepang. Jepang kemudian masuk ke ATPM (agen tunggal pemegang merk) dan mengambil alih distribusi dari Imora oleh HPM (Honda Prospect Motor).

Sampai saat ini masih ada tiga main dealer yang dipegang langsung oleh keturunan Ang Kang Hoo, yaitu Honda Bandung Center, Honda Semarang Center, dan Honda Surabaya Center. Ang mengatakan, menjadi sukses berkaitan dengan kerja keras. ”Saya dulu juga diajari kerja keras oleh orang tua. Saya harus turun tangan sendiri menangani operasional perusahaan sampai komplain customer dan penjualan,” lanjutnya.

Pembangunan infrastruktur yang belum merata dan cenderung melambat menjadi kendala untuk industri tersebut. ”Waktu distribusi ke daerah saat ini cukup lama dan itu belum ideal. Karena pengiriman bukan hanya melewati darat, melainkan juga melewati laut dan itu juga masih bergantung cuaca,” katanya.

Selain itu, Ang mengatakan, ongkos distribusi di Indonesia relatif mahal. Kereta api menjadi salah satu alternatif jika mengejar kecepatan waktu, tetapi dari segi biaya tak efisien. (vir/c10/sof/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan