Memang tidak ada salahnya meniru langkah positif orang lain. Ada pepatah jika dalam bahasa Indonesia berbunyi, ”Belajarlah dari kesalahan orang lain dan mengikuti orang benar.” ”Belajar dari kesalahan orang lain itu filosofi China. Kalau mengikuti orang benar atau orang saleh kan memang di semua kitab agama juga diajarkan,” ulasnya.
Seperti contoh di Tiongkok pada masa lampau, di Indonesia banyak daerah potensial yang belum tersentuh infrastruktur layak. Padahal, di dalamnya banyak sumber pendapatan, baik dari sisi pariwisata maupun hasil alam, terutama pertanian.
Kalau ada bandara internasional, lanjut Harry, pasar global bakal memperhitungkan. Investor akan masuk. Dia mengambil contoh Belitung. Seandainya aksesnya dibuka dengan membangun bandara internasional, hotel bintang lima akan masuk. Wisatawan asing akan semakin ramai. Karena wisatawan asing itu lebih memilih akses langsung. ”Kecuali untuk tempat seperti Pulau Komodo atau Raja Ampat ya. Karena walaupun tidak langsung, dua tempat itu memang diincar,” ujar sarjana ekonomi dari Universitas Trisakti tersebut.
Hasil alam di banyak daerah Indonesia juga sama. Jagung bermutu, kelapa, ikan, dan komoditas yang dibutuhkan pasar dalam negeri maupun mancanegara pada akhirnya hanya berputar di situ-situ saja. ”Karena tidak ada yang collect. Sebab, bingung mau ke mana karena aksesnya susah dan mahal,” tuturnya.
Harry yakin, saat mendapat dukungan infrastruktur, semua daerah potensial itu akan berkontribusi besar terhadap kekuatan perekonomian Indonesia. Potensi yang selama ini seolah-olah terikat akan mencuat. Kemudian bisa berkompetisi dengan daerah lain yang sudah lebih tersentuh pembangunan.
Jika itu terjadi, pertumbuhan perekonomian tidak hanya ditopang oleh sebagian dari negara ini. Seluruh daerah akan bergerak untuk turut berkontribusi dengan kekuatan dan kelebihan masing-masing.
Harry teringat model kerja keras dan kerja sama ala semut. Binatang kecil-kecil itu ketika bersatu bahkan bisa mengangkat objek dengan beban jauh lebih berat seperti roti, kecoak, atau cicak. ”Kalau ada satu kesatuan seperti semut, kita akan kuat,” yakin dia.
Bahkan, daerah yang tidak memiliki sumber daya alam sebagai daya tarik atau daya jual saja, papar salah seorang pengusaha properti berpengaruh di dalam negeri itu, tetap bisa berkontribusi maksimal. ”Kita lihat, negara maju di dunia ini adalah negara yang tidak punya natural resources, Singapura, Taiwan, Jepang, atau Swiss. Taiwan yang mengimpor bahan baku, kemudian diolah, bisa hebat,” tegasnya.