Saung dan Taman Edukasi 3R, Tempat Unik Pengolahan Sampah

’’Semuanya tanaman yang ditanam di sini menggunakan pupuk kompos yang dari hasil daur ulang sampah organik. Sementara untuk sampah anorganik kita pilah dan kumpulkan di bank sampah untuk diolah kembali seperti kerajinan yang memiliki nilai ekonomis dan sisanya bisa kita jual ke penampungan sampah plastik untuk diolah kembali,” ujarnya.

Meski baru satu tahun dirinya memulai melakukan pengolahan sampah rumah tangga, kata dia, namun animo masyarakat sekitar cukup antusias. Hal itu terbukti dari keterlibatan masyarakat di RW 22, ada sebanyak 50 Kepala Keluarga (KK) yang mengumpulkan sampah organik dan 75 KK yang mengumpulkan sampah anorganik yang sudah menjadi nasabah Bank Sampah Sahdu (BSS). ’’Selain tempat silaturahmi, saung ini juga tempat untuk mengedukasi warga dalam pengolahan sampah rumah tangga,” tukasnya.

Dia menambahkan, meski masih berskala kecil, pengolahan sampah itu sangat penting. Pasalnya, jika sampah-sampah hanya dibuang dan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), selain tidak memiliki nilai ekonomis juga akan menjadi masalah baru dikemudian hari khususnya di daerah sekitar TPA. Seperti yang terjadi pada kasus TPA Leuwigajah di Kota Cimahi beberapa tahun lalu.

’’Kita upayakan agar sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat ini justru dapat dimanfaatkan. Dari pada sekarang harus dibuang seluruhnya ke TPA,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang warga sekitar, Rani Sumarni Arni, 39, mengaku bangga dengan adanya metode dalam pengelolaan sampah. Selain memberikan edukasi bagi masyarakat, metode ini juga memberikan dampak positif. Apalagi, setiap rumah saat ini banyak menghasilkan sampah setiap harinya. ”Kita justru merasa bangga ada metode dari sebuah sampah menjadi nilai ekonomi dan ramah lingkungan,” tandasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan