Pengolahan Sampah Bermasalah, Pemkot Bandung Gegabah?

JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dianggap terburu-buru saat menjawab masalah penanganan sampah. Bahkan jelang masa darurat sampah yang berakhir pada Desember 2023, upaya dilakukan pemkot belum optimal.

Anggota Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat (Jabar), Klisjart Tharissa menyebutkan bahwa upaya pemerintah dianggap terburu-buru. Diantaranya satunya program Kang Empos dan penggunaan lahan milik Pemkot.

Program itu berkutat dalam metode pengolahan sampah dengan bermodalkan ember, karung, dan kompos. Menurut Klisjart, justru bakal melahirkan masalah baru di tengah masyarakat.

“Kami melihat langkah yang diambil pemerintah amat terburu-buru. Dengan konsep home composting yang mereka dorong, kami lihat tidak tepat guna,” ungkapnya dalam konferensi pers Melihat Kedaruratan Sampah Kota Bandung di Hotel Panen, Bandung, belum lama ini.

Saat pemerintah membagikan sarana dan prasarana tersebut kepada masyarakat, Klisjart menuturkan, bakal ada juga pekerjaan rumah bagi pemerintah, yakni edukasi atau sosialisasi soal pengolahan sampah dengan metode Kang Empos.

BACA JUGA: Jelang Akhir Masa Darurat Sampah, Kota Bandung Perlihatkan Progres Positif

Apalagi kalau program itu gagal, Klisjart memastikan bahwa Kang Empos tidak tepat guna. Mengingat anggaran pemkot yang dipakai hingga saat ini sampai lebih dari Rp30 miliar.

“Ini bisa menjadi problem yang lain. Ketika dibagikan membutuhkan teknologi dan edukasi. Lalu di masyarakat akan terjadinya (potensi) error akan sangat besar,” ucapnya.

Lalu, pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Gedebage yang baru mulai masuk masa uji coba, pada Rabu (6/12) silam pun masih perlu dikaji kembali.

Koordinator Sekretariat Forum Bandung Juara Bebas Sampah, Moch. Andi N. mengatakan, pengembangan soal TPST itu perlu memakai skala massif. Lantaran di tempat itu, menurutnya, ada sejumlah pengolahan sampah yang berisiko, yakni penggunaan mesin gibrik.

“Fokus kami sebenarnya, hasil pengolahan organik yang menggunakan mesin gibrik, material organik tadi sudah terkontaminasi dengan bahan lain,” kata Andi.

Sehingga, lanjut Andy, pemanfaatan hasil olahan tersebut kurang aman. Terdapat potensi terkontaminasi logam berat dari mesin gibrik. Jadi pihaknya lebih mendorong soal upaya pengolahan sampah melalui metode pemilahan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan