Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung Barat (KBB), KH Muhammad Ridwan mengatakan, paham-paham yang di luar dengan ketentuan syariat Islam tentu membahayakan pada aqidah umat muslim. Terutama sasarannnya kepada masyarakat bawah dan juga anak-anak penerus bangsa. ”Memang saat ini tidak ada lagi golongan seperti ini. Beberapa tahun ke belakang memang di KBB sempat masuk golongan NII dan Alhamdulillah sekarang sudah tidak muncul lagi,” katanya.
Menurut KH Ridwan, umat muslim yang berpedoman pada Alquran dan Assunah (prilaku yang dicontohkan rasul) harus tetap terjaga dan tidak boleh rusak oleh masuknya golongan-golongan di luar syariat Islam yang sudah ditetapkan dalam Alquran. Oleh karenanya, jajaran MUI Kabupaten Bandung Barat terus memantau ke setiap daerah serta memberikan pembinaan agar tetap menjaga dan menolak masuknya golongan tersebut.
”Kami juga imbau agar masyarakat melaporkan kepada MUI dan Kemenag jika menemukan paham-paham yang mencurigakan (ISIS/NII/teroris). Kami juga libatkan ormas Islam lainnya agar mengantisipasi paham tersebut tidak masuk ke wilayah Kabupaten Bandung Barat,” tandasnya.
Sementara itu, informasi dugaan Gafatar ada di Kota Cimahi, mencuat. Laporan itu di dapat dari warga sekitar Perumahan Cibogo Permai III bahwa rumah bernomer 46 RT/RW 03/14, Kelurahan Leuwigajah sering dipakai kegiatan Ormas tersebut.
Namun, kini penghuni yang diduga sebagai anggota Gafatar itu sudah pindah. Warga pun tak mengetahui kemana penghuni rumah kontrakan bercat kuning gading itu pergi.
”Dulu aktivitas di rumah ini ramai, ada tulisan spanduk Sekretariat Gafatar. Sebelumya saya tidak menaruh curiga terhadap Ormas ini. Namun ketika ramai diberitakan di media, saya jadi takut,” Kata Nur warga RT 03/RW 14 kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi.
Dijelaskan Nur, sejak Agustus tahun lalu rumah ini sudah kosong. Warga dan tetangga terdekat pun mengaku tidak mengetahui percis kapan mereka pindah. ”Mereka pindah rumah malam-malam di saat lingkungan sepi,” kata Nur.
Tetapi berdasarkan penelusuran, penghuni kontrakan itu pindah ke Kalimantan. ”Keluarga di rumah ini jarang bersosialisasi atau kumpul-kumpul dengan warga sekitar, alasan pindah katanya sih mau ikut transmigrasi ke kalimantan,” kata Sayuti warga lainnya.