Hari Ibu Bukan Mother’s Day

bandungekspres.co.id– Dalam peringatan ke 87 Hari Ibu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menekankan Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan Mother’s Day yang dirayakan di negara lain di dunia. Hari Ibu di Indonesia diawali dari Konggres Perempuan Indonesia dengan semangat untuk mendapatkan kemerdekaan dan nasionalisme yang sangat tinggi.

Khofifah
RICARDO/JPNN.COM

MANTAP: Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat menjadi pembicara bertema Transformasi Budaya dan
Peran Ibu dalam Pembentukan Karakter Generasi Penerus Bangsa di Kantor DPP Partai Gerindra, Selasa (22/12)

“Hari Ibu 22 Desember itu, ruh dan subtansinya jauh berbeda dengan Mother’s Day,” ujar Khofifah Indar Parawansa usai diskusi dengan mengusung tema Transformasi Budaya dan Peran Ibu dalam Pembentukan Karakter Generasi Penerus Bangsa, di Jakarta, kemarin.

Ibu-ibu, pada Hari Ibu ini bisa menyapa anak, keluarga, dan lingkungannya supaya lebih dekat dengan mereka. Ternyata selama ini, menurutnya, ada warga yang tak terpantau menjadi radikal, terkontaminasi pemikiran yang ingin mendekontruksi NKRI. “Ini tugas berat. Tapi saya yakin wanita Indonesia punya keunggulan kompetitif, antara lain mereduksi radikalisme yang muncul dan menjadi ancaman,” jelasnya.

Sosok Ibu, masih ujar Khofifah adalah adalah sosok yang penuh survival. Bila dibandingkan dengan kaum laki-laki maka tingkat survival ibu lebih tinggi. Pasalnya, menurutnya itu diperoleh ketika ibu hamil. Di sana ada proses intrinsik, dimana keadaan ibu akan tersalurkan pada janin. “Resiko kematian ibu lebih tinggi dibandingkan laki-laki, tetapi tingkat survivalnya ibu lebih tinggi dibandingkan laki-laki,” katanya. Khofifah juga menegaskan, perempuan bisa menjadi juru damai, penyemai kasih dan damai di keluarga masing-masing dan masyarakat.

Di tempat yang sama, Sekretaris Menteri Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Wahyu Hartono mengatakan, saat ini harus ada transformasi peran ibu dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa.

Salah satunya, menurutnya dengan kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan. Dalam membangun bangsa, dikatakan Hartono perempuan memiliki potensi yang tidak kalah dengan kaum laki-laki. “Sejak perjuangan kemerdekaan, peran perempuan sudah tidak diragukan. Mereka membantu perjuangan. Oleh karenanya, dalam pembangunan perempuan harus dijadikan sebagai mitra,” ujar Wahyu Hartono.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan