bandungekspres.co.id– Industri perbankan lebih optimistis menatap rencana bisnis tahun depan. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan 12–14 persen pada 2016. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Yudha Agung menuturkan, prediksi itu didasarkan potensi perbaikan ekonomi tahun depan dan mempertimbangkan situasi akhir tahun ini. ’’Tahun ini kan tumbuh 9–10 persen,’’ kata dia di gedung BI belum lama ini.
BI juga mungkin melonggarkan kebijakan moneter, baik secara kuantitatif maupun price, pada tahun depan. Secara kuantitatif, dimungkinkan ada penurunan suku bunga acuan dari posisi saat ini 7,5 persen dan pelonggaran giro wajib minimum (GWM) dari level 7,5 persen yang mulai berlaku pada 1 Desember 2015. ’’Ke depan GWM jadi andalan untuk meningkatkan kredit. Kami melihat ruang pelonggaran moneter memang makin terbuka. Tentu saja instrumen kebijakan moneter bisa secara kuantitatif, bisa juga secara price,’’ ungkapnya.
Yudha menyatakan, pada Januari 2016, perkembangan yang terjadi, terutama setelah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan, akan ditinjau kembali. Jika memungkinkan, suku bunga acuan BI (BI rate) bisa diturunkan atau justru GWM yang kembali dilonggarkan. ’’Januari kondisinya akan kami evaluasi lagi dan instrumen yang akan digunakan seperti apa,’’ ujar dia.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan kredit lebih dari 10 persen dan porsi kredit mikro diperkirakan mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Corporate Secretary BMRI Rohan Hafas menyebutkan bahwa target kredit perseroan lebih dari 10 persen dengan perkiraan 15–17 persen pada 2016. ’’Di situ sudah kami kalkulasikan. Porsi kami agak rata antara mikro, korporasi, dan consumer. Masing-masing sekitar 30 persen,’’ papar Rohan setelah rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta. (jpnn/fik)
