Parah, Pengangguran Tembus 7,56 Juta Orang

Terkait tingkat pengangguran berdasar pendidikan, Razali menuturkan, per Agustus 2015, pengangguran terbanyak justru berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan presentase 12,65 persen. Menurut dia, skill spesifik yang dimiliki lulusan SMK tersebut, cukup menyulitkan dalam mencari pekerjaan. ”Kalau sekolah jurusan kan dia spesialis. Nah, ketika di lapangan kerja sesuai keahlian dia tidak ada, maka dia sulit untuk mencari kerja ke sektor lain. Jadinya tidak fleksibel,” imbuhnya.
Sementara itu, keadaan ketenagakerjaan di Indonesia menunjukkan, jumlah angkatan kerja hingga Agustus ini, bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta, jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. Sedangkan penduduk bekerja per Agustus 2015 bertambah sebanyak 190 ribu orang bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Penyerapan tenaga kerja pada periode ini masih didominasi penduduk berpendidikan rendah yakni SD ke bawah dengan jumlah 50,8 juta orang dan SMP sebanyak 20,7 juta orang. ”Penduduk berpendidikan tinggi yang terserap dalam dunia kerja hanya sebanyak 12,6 juta orang, yang mencakup 3,1 juta berpendidikan diploma dan sebanyak 9,5 juta berpendidikan universitas,” urai Razali.
Membengkaknya angka pengangguran menjadi perhatian serius pemerintah. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, selain faktor PHK, naiknya jumlah pengangguran juga disebabkan oleh penciptaan lapangan kerja yang lebih kecil dibanding pertumbuhan angkatan kerja baru. ”Artinya, pertumbuhan ekonomi kita belum optimal menyerap tenaga kerja,” ujarnya saat ditemui di Kantor Presiden kemarin (5/11).
Darmin menyebut, tren naiknya angka pengangguran memang sudah terlihat dalam beberapa waktu terakhir. Karena itu, pemerintah pun sudah merespons dengan berbagai paket kebijakan untuk mendorong investasi dan penyerapan tenaga kerja baru.
”Tapi paketnya kan baru mulai September. Saya yakin dalam beberapa bulan ke depan penyerapan tenaga kerja akan makin baik,” katanya.
Pernyataan Darmin tentang kurangnya penyerapan tenaga kerja diamini oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani. Dia menyebut, investasi sektor padat karya sepanjang semester I 2015 memang menyusut dibanding periode sama 2014. ”Turunnya 20 persen,” sebutnya.
Data BKPM menunjukkan, ada dua sektor penting yang menunjukkan penurunan investasi. Pertama, industri padat karya yang pada semester I 2015 mencatat investasi Rp 28,57 triliun, turun 20,33 persen dibanding realisasi periode semester I 2014 yang mencapai Rp 35,86 triliun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan