Halloween Paling Menyeramkan

Garis pertahanan rendah dengan menempatkan lima hingga enam pemain belakang begitu tertekan dari serangan Liverpool dilakukannya. Tujuh kali upaya James Milner dkk dapat digagalkan dinding pertahanan Chelsea. Sebaliknya, gol dari Ramires jadi satu-satunya shots tuan rumah.

Diakui Mou, upaya untuk mengamankan hasil pada babak pertama itu sebenarnya nyaris sempurna. Akan tetapi, derasnya perlawanan Liverpool dengan strategi gegenpressing di babak kedua membuyarkan semuanya. ’’Hingga pada satu momen yang membuat pemain kami merasa mustahil untuk bermain lebih baik,’’ cetusnya.

Kekalahan ini semakin menahbiskan kesulitan Mou mempecundangi Juergen Klopp. Sepanjang karirnya, dia sudah dua kali kalah melawan klub yang diarsiteki pelatih berjuluk The Normal One itu. Itu dialaminya di Liga Champions 2012-2013 saat menjadi arsitek di Real Madrid, dan Klopp masih membesut Borussia Dortmund.

’’Saya bisa melawan siapapun, menghadapi pelatih mana pun, menang atau kalah. Tetapi, kadang ada pertandingan yang sangat tidak mungkin untuk bisa dimenangkan,’’ tuturnya. Nah, apakah laga ini menjadi momen terakhirnya menukangi Chelsea. ’’Tidak, saya tidak mau,’’ cetus Mou.

Perubahan formasi di babak kedua menjadi perbedaan display Liverpool. Dari 4-3-2-1, lalu menjadi 4-2-3-1 pada babak kedua. Masuknya Benteke membuat Liverpool tidak lagi bermain false 9, Roberto Firmino bermain sedikit mundur di belakang Benteke. Masuknya Jordon Ibe memperkuat serangan dari sisi kanan The Reds.

Naiknya garis pertahanan Chelsea disertai dengan meningkatnya tekanan Liverpool yang seolah menjadikan mereka serasa bermain di rumah sendiri. Secara keseluruhan, di babak kedua setidaknya ada sepuluh kali shots dilancarkan penggawa Liverpool. Dari performa Liverpool tadi malam, taktik gegenpressing sudah mulai menemukan jalannya.

Para pemain Liverpool seperti Coutinho tidak ragu untuk beradu otot dengan penggawa Chelsea. Begitu rapatnya pressure pemain Liverpool saat kehilangan bola, dalam statistik Whoscored menunjukkan sentuhan bola penggawa Chelsea tidak lebih dari 65 kali. Yang terbanyak adalah Oscar dengan 64 sentuhan.

Bandingkan dengan sentuhan Mamadou Sakho yang bisa mencapai 90 kali. Sampai akhir laga, Liverpool tetap unggul penguasaan bola 57 persen. Dilansir dari Liverpool Echo, Klopp menyebut anak asuhnya masih bisa meledak lagi. ’’Tetapi, karena ini baru pertama kali (permainan gegenpressing-nya optimal, Red), ya okey saja,’’ ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan