Warga Enggan Berkunjung karena Mistis

[tie_list type=”minus”]Sanghyang Heuleut, ”Belitong-nya” Kabupaten Bandung Barat[/tie_list]

Kabupaten Bandung Barat memiliki banyak keindahan alam yang tak kalah dengan daerah lain. Namun sayang, tempat-tempat indah di KBB belum sepenuhnya dikembangkan. Bahkan, banyak tempat yang potensial untuk dijadikan destinasi wisata namun tak disadari pemerintah setempat. Seperti halnya sungai Sanghyang Heuleut yang berada di Saguling. Sungai yang jernih dan berada di antara bebatuan yang menjulang tinggi serta berada di dalam hutan menyerupai Belitong. Bahkan, sejumlah orang menyebutnya Belitong Rasa Bandung.

NITA NURDIANI PUTRI, SAGULING

[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]

Sungai Sanghiang Heuleut mulai dikenal baru-baru ini sejak beberapa pengunjung mengabadikan moment dan meng-upload-nya ke media sosial. Menurut salah seorang warga setempat Atep Risto, tempat ini sudah ada sejak lama. Dia sering main dan berenang di tempat tersebut. ”Tapi memang enggak ada yang ngurus. Dulu, kalau mau ke sana, orang-orang sering ditakut-takutin biar enggak datang ke sana,” ucapnya kepada Bandung Ekspres di rumahnya Rabu (28/10).

Dia menjelaskan, nama dari Sanghyang Heuleut berasal dari Bahasa Sunda. Sanghyang artinya tempat yang suci, dan Heuleut artinya sela di antara dua waktu. Makanya, dinamakan Sanghyang Heuleut ini tempat turunnya para bidadari. Warga setempat mempercayai kalau tempat itu tempat turunnya Dayang Sumbi mengambil air minum, mandi dan mencuci pakaian.

Menurutnya, dari mitos dan legenda itu, banyak warga yang enggan mengunjunginya. Apalagi untuk mencapai lokasi tersebut, akses jalannya cukup sulit. Harus melewati sungai dengan bebatuan yang besar dan hutan yang lebat. ”Jadinya banyak warga yang enggan ke sana,” katanya.

Sanghyang Heuleut merupakan satu rangkaian cerita dengan Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Air dari Sanghyang Heuleut berasal dari Bendungan Saguling yang dipakai sebagai Indonesia Power sebagai sumber listrik untuk Jawa dan Bali.

Untuk mencapai tersebut, dibutuhkan kurang lebih tiga jam. Sebelumnya akan bertemu dahulu dengan Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Sanghyang Heuleut berada sekitar 5 kilometer dari gapura utama PLTA Saguling.

Tinggalkan Balasan