[tie_list type=”minus”]Cara Iran Bertahan di Tengah Isolasi Sistem Keuangan[/tie_list]
Isolasi sistem keuangan membuat Iran menghadapi sejumlah problem ekonomi. Namun, itu tidak berarti perbankannya menjadi terbelakang.
SOFYAN HENDRA, Teheran, Iran.
[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]
”YANG agak besar harganya 12.000,” kata perempuan penjaga toko cenderamata di Milad Tower itu, menunjuk replika patung Darius berbahan gipsum
Replika patung Darius I dengan pose ikonik, duduk tegak di singgasana sambil menggamit tongkat, memang buah tangan favorit di Milad Tower, Teheran.
Darius yang Agung (550 SM-486 SM) merupakan salah satu simbol kejayaan bangsa Persia, tanah yang sebagian besarnya diwarisi warga Iran saat ini. Semula penulis berpikir mengapa harga suvenir di tower tertinggi kedelapan di dunia itu murah sekali. Sebab, 12.000 iranian riyal hanya sekitar Rp 6.000 per buah. Ternyata, harga tersebut menggunakan satuan ukuran toman.
Pada masa Darius I, Persia telah menghasilkan penemuan paling berguna sepanjang sejarah: koin emas yang lantas menjadi cikal bakal sistem moneter modern. Sistem keuangan yang dirintis Persia diadopsi secara luas di seluruh dunia seiring dengan berkibarnya kerajaan itu sebagai negeri adikuasa. Sebuah ironi jika dibandingkan dengan situasi yang dihadapi bangsa Iran saat ini: isolasi penuh atas sistem keuangan.
Nah, toman adalah mata uang yang pernah digunakan Iran sebelum 1932. Hingga kini toman masih digunakan sebagai penunjuk harga di tiap transaksi di Iran. Nilai tukarnya, 1 toman sama dengan 10 iranian riyal. Karena menghemat satu nol, warga Iran lebih suka menggunakan ukuran toman untuk berjual beli.
Iran memang menghadapi inflasi yang sedemikian tinggi sehingga iranian riyal menjadi teramat murah. Saking murahnya, pecahan uang tertingginya adalah 1 juta. Paling bernilai kedua adalah 500 ribu. Maka tak heran jika warga Iran lebih senang menyebut satuan toman untuk bertransaksi.
Namun, menghilangkan satu nol saja belum cukup. Sering kali semua nol juga dihilangkan. ”Pemerintah kami berencana memangkas banyak nol. Namun, warga Iran memulainya lebih dulu,” kata Ali Azadimanesh, service portfolio development manager Mapna Group, perusahaan produsen pembangkit listrik yang mengundang Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) dan lima jurnalis Indonesia lainnya ke Teheran beberapa waktu lalu.