Banyak Penggesek Kartu, tapi Tidak Terima Visa – MasterCard

Namun, yang mencolok di Milad Tower adalah upaya menjadikan tempat pesiar itu sebagai miniatur Iran dalam memberdayakan para perempuan. Semua pemandu wisatanya perempuan. Mayoritas pekerjanya juga perempuan. Cantik-cantik pula. Mungkin bukan karena syaratnya harus ayu. Melainkan memang sulit mencari yang buruk rupa di antara wajah para gadis Persia.

Dibanding di negara-negara Arab, perempuan Iran memang jauh lebih berdaya. Jika banyak negeri Arab melarang perempuan naik mobil, di jalanan Iran banyak ditemui perempuan menyetir. Kesempatan di bidang pendidikan dan pekerjaan juga sama dengan para lelaki.

Gaya busananya juga lebih terbuka terhadap mode. Jilbabnya menggunakan balutan scarf dengan jambul yang dibiarkan menyembul, menampakkan sebagian rambut yang disemir warna-warni. Riasannya juga pas. Kebanyakan menggunakan polesan smokey eyes yang kian menegaskan keindahan mata perempuan Persia.

Tehran Fashion Week yang digelar kali pertama pada awal Februari lalu telah membuka mata dunia bahwa Revolusi 1979 tidak membuat negeri dengan sejarah kultur adiluhung tersebut berhenti mengembangkan budayanya. Itu melengkapi pengakuan dunia yang lebih dahulu diberikan atas produksi film Iran.

Keterbukaan adalah kunci dari dinamisnya kehidupan di Iran di tengah isolasi ekonomi. Betapapun mereka dikucilkan Amerika Serikat (AS), Coca-Cola dan Pepsi tetap laku dijual. Restoran-restoran di sana hampir selalu menyajikan minuman dengan merek yang amat melekat dengan negeri Paman Sam itu. ”Pabriknya dibuat sebelum revolusi. Tidak ada masalah bagi kami,” kata Ali Attaran, pekerja humas di Teheran (ya, ada banyak nama Ali di Iran).

Selain Coca-Cola dan Pepsi, memang tiada lagi brand AS di sana. Tak ada Starbucks atau McDonald’s. Namun, itu bukan karena warga Iran tidak mau. Melainkan karena merek-merek AS tersebut yang tidak bisa masuk akibat aturan sanksi ekonomi. Sementara pabrik Coca-Cola dan Pepsi merupakan modal ventura dengan pengusaha lokal yang sudah berdiri sebelum revolusi.

Kini Iran tengah menanti dilaksanakannya secara penuh kesepakatan nuklir yang berbuah pencabutan sanksi ekonomi secara penuh. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin para ahli waris kecerdasan ras Arya tersebut kembali meniti jalan kejayaan bangsa Persia. (*/rie)

Tinggalkan Balasan